Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Kampung Perajin Topeng di Gunungkidul yang Mati Suri Dihantam Wabah

Kompas.com - 02/07/2020, 15:55 WIB
Markus Yuwono,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

 

Lima orang karyawannya terpaksa dirumahkan sampai ada pesanan kembali.

Untuk bertahan hidup, Kemiran menggantungkan hasil pertanian dari lahan yang dimiliki.

Sedangkan untuk menambah penghasilan, dia terpaksa ganti pekerjaan dengan memelihara ayam kampung.

Baca juga: Alih Profesi Jadi Perajin Masker, Ini Sosok Herwadi yang Bertahan di Tengah Wabah Covid-19

"Kerajinan itu pembelinya kebanyakan dari luar negeri, kalau tidak ada yang datang ya semuanya berhenti," ucap pria yang menekuni kerajinan sejak tahun 1992 itu.

"Biasanya sampai pukul 01.00 WIB dini hari masih ada suara orang natah (memahat) sekarang tidak ada, hanya suara jangkrik," kata Kemiran.

Menurut Kemiran, hampir seluruh warga dusun Bobung yang berprofesi sebagai perajin topeng pun berhenti berproduksi.

Hingga kini, Kemiran juga tak mendapatkan bantuan dari pemerintah terkait berhentinya usaha yang dijalaninya.

"Dibantu syukur, ndak juga saya menerima," ucapnya.

Baca juga: Dilarang Dipakai Mengamen, Perajin Ingin Ondel-ondel Diberi Tempat Budi Daya

Perajin lainnya, Irbila, mengakui hal serupa. Bapaknya sebagai pembuat patung berhenti beroperasi sejak ada pandemi.

Beberapa patung kayu yang sudah selesai diproses tersimpan rapi di dalam rumahnya.

Beberapa patung ukuran sedang, baru selesai sebagian juga tidak dilanjutkan oleh Tukiran sang ayah.

"Sudah sejak corona itu tidak ada pesanan sama sekali, produksi juga berhenti total," ucap Irbila.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com