Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Kampung Perajin Topeng di Gunungkidul yang Mati Suri Dihantam Wabah

Kompas.com - 02/07/2020, 15:55 WIB
Markus Yuwono,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com- Suasana sepi terasa saat memasuki kawasan Padusunan Bobung, Kalurahan Putat, Kapanewon Patuk, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Tidak ada lagi aktivitas pembuatan topeng yang biasa dilakukan masyarakat puluhan tahun terakhir.

Dusun Bobung terkenal dengan hasil topeng batiknya sejak puluhan tahun terakhir. 

Baca juga: Perajin Kayu Ini Curhat ke Jokowi, Omzet Turun 50 Persen Selama Pandemi Covid-19

Kemiran, salah satu perajin di Dusun Bobung, membiarkan belasan topeng di teras rumahnya berdebu seperti lama tidak terjamah.

Bahkan beberapa kerajinan sudah muncul sarang laba-laba.

"Terakhir produksi bulan Februari lalu, dari bulan Maret hingga Juli tidak ada pesanan. Bahkan, yang sudah dipesan pun ditahan untuk tidak dikirim," ucap Kemiran ditemui di rumahnya Kamis (2/7/2020).

Dalam keadaan normal, setiap bulan Kemiran bisa menghasilkan satu sampai dua kodi kerajinan seperti kayu tempat buah hingga hingga alat permainan tradisional dakon yang nilai mencapai Rp 10 juta.

Baca juga: Cerita Robi Navicula Perangi Covid-19 dengan Arak Bali, Berdayakan 150 Perajin

Pemesannya biasanya datang dari Jakarta dan Kota Yogyakarta.

Namun sejak munculnya pandemi tak lagi ada pesanan. Praktis rumah produksi yang dia beri nama 'Panji Sejati' berhenti beroperasi. 

 

Topeng Batik yang dibiarkan Berdebu di rumah salah seorang pengrajin topeng kayu Kemiran  di Dusun Bobung, Kalurahan Putat, Kapanewon Patuk, GunungkidulKOMPAS.COM/MARKUS YUWONO Topeng Batik yang dibiarkan Berdebu di rumah salah seorang pengrajin topeng kayu Kemiran di Dusun Bobung, Kalurahan Putat, Kapanewon Patuk, Gunungkidul
Lima orang karyawannya terpaksa dirumahkan sampai ada pesanan kembali.

Untuk bertahan hidup, Kemiran menggantungkan hasil pertanian dari lahan yang dimiliki.

Sedangkan untuk menambah penghasilan, dia terpaksa ganti pekerjaan dengan memelihara ayam kampung.

Baca juga: Alih Profesi Jadi Perajin Masker, Ini Sosok Herwadi yang Bertahan di Tengah Wabah Covid-19

"Kerajinan itu pembelinya kebanyakan dari luar negeri, kalau tidak ada yang datang ya semuanya berhenti," ucap pria yang menekuni kerajinan sejak tahun 1992 itu.

"Biasanya sampai pukul 01.00 WIB dini hari masih ada suara orang natah (memahat) sekarang tidak ada, hanya suara jangkrik," kata Kemiran.

Menurut Kemiran, hampir seluruh warga dusun Bobung yang berprofesi sebagai perajin topeng pun berhenti berproduksi.

Hingga kini, Kemiran juga tak mendapatkan bantuan dari pemerintah terkait berhentinya usaha yang dijalaninya.

"Dibantu syukur, ndak juga saya menerima," ucapnya.

Baca juga: Dilarang Dipakai Mengamen, Perajin Ingin Ondel-ondel Diberi Tempat Budi Daya

Perajin lainnya, Irbila, mengakui hal serupa. Bapaknya sebagai pembuat patung berhenti beroperasi sejak ada pandemi.

Beberapa patung kayu yang sudah selesai diproses tersimpan rapi di dalam rumahnya.

Beberapa patung ukuran sedang, baru selesai sebagian juga tidak dilanjutkan oleh Tukiran sang ayah.

"Sudah sejak corona itu tidak ada pesanan sama sekali, produksi juga berhenti total," ucap Irbila.

Sekretaris Dinas Koperasi dan UKM Gunungkidul Sih Supriyana mengatakan, sudah mendapatkan kabar berkaitan dengan usaha kerajinan kayu di wilayah Bobung.

Dia menyebut, dari pemantauan di lapangan, seluruh unit usaha kerajinan Dusun Bobung berhenti total.  

Disinggung mengenai adanya bantuan stimulan, Sih Supriyana mengakui Dinas Koperasi dan UKM Gunungkidul tidak memiliki anggaran.

Namun, pada saat pendataan sektor usaha terdampak virus corona, sudah diusulkan.

Baca juga: Gaya Istri Anies Baswedan, Pakai Tas Kayu dan Batik Perajin Jakarta

"Kami usulkan sekitar 23.000-an usaha, tapi untuk pemberian bantuan terdampak corona, kami belum mendapatkan data dari dinas yang menyalurkan bantuan,” kata Sih Supriyana.

Sih Supriyana menyebutkan, UKM terdampak paling besar dari kerajinan dan fashion.

Untuk sektor kuliner masih bisa berjalan dengan berbagai inovasi yang dilakukan para pengusaha.

"Agar tetap memiliki penghasilan, kami menyarankan perajin untuk alih pekerjaan seperti membuat mebel atau bertani," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com