Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepi Penumpang, Tukang Becak Yogya Kini Berburu Belalang untuk Bertahan Hidup

Kompas.com - 25/04/2020, 03:15 WIB
Dani Julius Zebua,
Khairina

Tim Redaksi

Warga Prawirodirjan, Kecamatan Gondomanan ini menceritakan, para tukang becak ini sudah kesulitan sejak Maret 2020 lalu.

“Sudah lebih satu bulan teman-teman di Prasojo sudah tidak ada pekerjaan ini,” kata Purwanto via telepon.

Sejak Maret lalu, semua tak lagi bekerja. Mereka memilih pulang kampung halaman masing-masing. Ada yang ke Gunung Kidul, Bantul bahkan ada yang ke Klaten di Jawa Tengah. Mereka masih menganggur. 

Purwanto menceritakan, mereka saling mencurahkan isi hati terkait tanpa penghasilan kini. Mereka berbagi suka duka lewat grup WhatsApp.

Kadang ada saja yang saling membangkitkan semangat dalam grup WA itu. Beberapa juga saling mengajak untuk usaha lain, seperti mencari belalang ini.

“Biasanya bisa 5-6 orang, tidak semua karena yang lain tidak terbiasa,” kata Purwanto.

“Itu satu-satunya jalan. Hanya sekadar lauk sendiri. Ada juga dijual. Sedapat mungkin bisa untuk beli sayur,” kata Purwanto. 

Pendapatan bersih dari mencari belalang tidak besar. Paling hanya Rp 25.000-30.000 per botol. Jauh dibanding penghasilan mengemudi becak.

Mereka biasa mengantar wisatawan ke Malioboro atau ke keraton dengan rata-rata penghasilan kotor Rp 50.000-100.000 per hari. 

Purwanto sempat ikut terjun berburu belalang di Sentolo pada Rabu (22/4/2020) kemarin. Ia mengaku bisa mengumpulkan sampai 2 botol. Tidak untuk dijual. Semuanya dimakan sebagai lauk dan dibagi ke tetangga.

“Daripada cari lauk kesulitan, ya saya masak dan bagi-bagi ke tetangga,” katanya.

Purwanto membandingkan dengan krisis moneter 1998, di mana masih bisa memperoleh uang dari pekerjaan serupa.

“Kali ini benar tidak ada. Di jalan umum juga tidak ada,” katanya.

Karenanya, mereka mengharap perhatian di masa pandemi. Perhatian ini mengingat selama ini becak juga bagian dari betapa istimewanya Yogyakarta bagi wisatawan. Mereka pun berharap uluran tangan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com