Salin Artikel

Sepi Penumpang, Tukang Becak Yogya Kini Berburu Belalang untuk Bertahan Hidup

KULON PROGO, KOMPAS.com – Wisatawan nihil sejak pandemi Covid-19.

Para tukang becak motor di sekitaran Taman Pintar, Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, menganggur dan kehilangan penghasilan. 

Tidak hilang akal. Beberapa di antaranya mencari rezeki dengan menjadi pemburu belalang kayu. 

Salah satunya Satiyar (49 tahun), yang tinggal di Celeban, Umbulharjo, Yogyakarta.

Satiyar sudah tidak mangkal di sekitaran Taman Pintar lagi.

Belakangan, ia muncul di sepanjang Jalan Industri, Sentolo, Kapanewon Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. 

Penampilannya beda. Pinggangnya menggantung satu botol kosong air mineral ukuran 1500 ml yang dililit tali rafia. Pinggang satunya menggantung plastik isi lem tikus.

Tangan kanannya menggenggam joran lipat yang bisa dipendek panjangkan sampai 4 meter.

“Hari-hari biasa tidak seperti ini. Saya pengemudi becak biasanya di Taman Pintar,” kata Satiyar dihubungi lewat telepon. Ia baru selesai berburu di Jalan Industri, Sentolo. 

Satiyar menceritakan, ia sering mencari belalang kayu di tahun-tahun sebelumnya. Serangga ini suka di pohon sukun dan waru, menurutnya.

Tadinya hanya untuk konsumsi sendiri dan tidak tiap hari mencari. Kali ini lain. Usaha becak sepi, simpanan  menipis, utang tetap harus dibayar, sedangkan kini tidak ada penghasilan lain. 

Kini, ia memilih memburu belalang dan menjualnya. Sebagian lagi dikonsumsi sendiri untuk keluarga dan tetangga. 

Pandangannya tetap tajam dibantu kacamata minus 2,5. Ia masih mampu mengarahkan ujung joran dengan lem tikus itu ke kaki belakang belalang. Belalang merekat di ujung joran.

Belalang demi belalang lantas dimasukan ke dalam botol itu, sampai penuh.

Ia memilih daerah Sentolo dan Srikayangan di Kapanewon Lendah, karena belalang kayunya berbeda. Belalang Sentolo lebih besar. Belalang Srikayangan, lebih kecil dan enak dikonsumsi. 

Satiyar sekarang berburu lebih sering, terlebih permintaan juga meningkat.

“Dua sampai tiga kali seminggu,” kata Satiyar. 

Terakhir berburu, Satiyar mengumpulkan 3 botol isi belalang. Ia memperoleh pendapatan Rp 60.000 dari 2 botol belalang. Setidaknya, hasil menjual belalang bisa menutupi kebutuhan sehari-hari. Sisanya dikonsumsi.

Semua usaha terasa berat di masa pandemi. Terlebih istrinya juga bekerja di pekarangan sendiri dan menjadi buruh di ladang-ladang orang. Mereka juga tidak berniat memberatkan anak-anaknya yang sudah mandiri dan bekerja.

Berbeda dengan hari normal menarik becak. Ia bisa mengumpulkan sampai Rp 100.000 dalam satu hari ramai wisatawan. Mereka hanya minta diantar dari Taman Pintar ke Malioboro ataulah keraton. 

Satiyar mengaku bingung dalam ketidakpastian kapan pandemi berakhir.

Apalagi, mencari belalang tidak bisa selamanya. Ini pekerjaan musiman semata.

Belalang datang saat peralihan musim dari hujan ke musim panas yang diperkirakan akan datang akhir April 2020 ini.  

Belum lagi sekarang memasuki bulan Ramadan. Ia maupun teman-temannya belum tentu mencari rezeki dengan berburu belalang di masa puasa.

“Selain itu, tantangannya adalah agak sulit mencari di daerah warga. Masyarakat semakin ketat terhadap orang masuk perkampungan. Semua tempat diportal. Orang tidak boleh masuk sembarangan,” katanya. 

“Dulu, kapan saja bisa masuk kampung, malam pun siang. Orang kampung kenal dengan kami,” katanya.

Kondisi belakangan semakin bikin runyam. Bantuan pemerintah dirasa belum merata sampai pada semua tukang becak. Padahal, kondisi mereka juga jatuh tertimpa tangga. 

Satiyar berharap segera ada bantuan dari pemerintah.

“(Karena) bingung. Tak ada hasil. Utang harus dicicil. Kalau tidak dicicil nanti dimarahi,” kata Satiyar. 

Purwanto (50), pengemudi becak di sekitaran Taman Pintar sejak 1990-an. Ia salah satu tokoh di kelompoknya, Paguyuban Prasojo yang anggotanya 95-an pengemudi. Mereka sering mangkal di Jalan Senopati Yogyakarta. 

Warga Prawirodirjan, Kecamatan Gondomanan ini menceritakan, para tukang becak ini sudah kesulitan sejak Maret 2020 lalu.

“Sudah lebih satu bulan teman-teman di Prasojo sudah tidak ada pekerjaan ini,” kata Purwanto via telepon.

Sejak Maret lalu, semua tak lagi bekerja. Mereka memilih pulang kampung halaman masing-masing. Ada yang ke Gunung Kidul, Bantul bahkan ada yang ke Klaten di Jawa Tengah. Mereka masih menganggur. 

Purwanto menceritakan, mereka saling mencurahkan isi hati terkait tanpa penghasilan kini. Mereka berbagi suka duka lewat grup WhatsApp.

Kadang ada saja yang saling membangkitkan semangat dalam grup WA itu. Beberapa juga saling mengajak untuk usaha lain, seperti mencari belalang ini.

“Biasanya bisa 5-6 orang, tidak semua karena yang lain tidak terbiasa,” kata Purwanto.

“Itu satu-satunya jalan. Hanya sekadar lauk sendiri. Ada juga dijual. Sedapat mungkin bisa untuk beli sayur,” kata Purwanto. 

Pendapatan bersih dari mencari belalang tidak besar. Paling hanya Rp 25.000-30.000 per botol. Jauh dibanding penghasilan mengemudi becak.

Mereka biasa mengantar wisatawan ke Malioboro atau ke keraton dengan rata-rata penghasilan kotor Rp 50.000-100.000 per hari. 

Purwanto sempat ikut terjun berburu belalang di Sentolo pada Rabu (22/4/2020) kemarin. Ia mengaku bisa mengumpulkan sampai 2 botol. Tidak untuk dijual. Semuanya dimakan sebagai lauk dan dibagi ke tetangga.

“Daripada cari lauk kesulitan, ya saya masak dan bagi-bagi ke tetangga,” katanya.

Purwanto membandingkan dengan krisis moneter 1998, di mana masih bisa memperoleh uang dari pekerjaan serupa.

“Kali ini benar tidak ada. Di jalan umum juga tidak ada,” katanya.

Karenanya, mereka mengharap perhatian di masa pandemi. Perhatian ini mengingat selama ini becak juga bagian dari betapa istimewanya Yogyakarta bagi wisatawan. Mereka pun berharap uluran tangan.

https://regional.kompas.com/read/2020/04/25/03150001/sepi-penumpang-tukang-becak-yogya-kini-berburu-belalang-untuk-bertahan-hidup

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke