Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepi Penumpang, Tukang Becak Yogya Kini Berburu Belalang untuk Bertahan Hidup

Kompas.com - 25/04/2020, 03:15 WIB
Dani Julius Zebua,
Khairina

Tim Redaksi

Satiyar sekarang berburu lebih sering, terlebih permintaan juga meningkat.

“Dua sampai tiga kali seminggu,” kata Satiyar. 

Baca juga: Aniaya Tukang Becak, 3 Satpam Museum Keris Solo Ditangkap

Terakhir berburu, Satiyar mengumpulkan 3 botol isi belalang. Ia memperoleh pendapatan Rp 60.000 dari 2 botol belalang. Setidaknya, hasil menjual belalang bisa menutupi kebutuhan sehari-hari. Sisanya dikonsumsi.

Semua usaha terasa berat di masa pandemi. Terlebih istrinya juga bekerja di pekarangan sendiri dan menjadi buruh di ladang-ladang orang. Mereka juga tidak berniat memberatkan anak-anaknya yang sudah mandiri dan bekerja.

Berbeda dengan hari normal menarik becak. Ia bisa mengumpulkan sampai Rp 100.000 dalam satu hari ramai wisatawan. Mereka hanya minta diantar dari Taman Pintar ke Malioboro ataulah keraton. 

Satiyar mengaku bingung dalam ketidakpastian kapan pandemi berakhir.

Apalagi, mencari belalang tidak bisa selamanya. Ini pekerjaan musiman semata.

Belalang datang saat peralihan musim dari hujan ke musim panas yang diperkirakan akan datang akhir April 2020 ini.  

Belum lagi sekarang memasuki bulan Ramadan. Ia maupun teman-temannya belum tentu mencari rezeki dengan berburu belalang di masa puasa.

“Selain itu, tantangannya adalah agak sulit mencari di daerah warga. Masyarakat semakin ketat terhadap orang masuk perkampungan. Semua tempat diportal. Orang tidak boleh masuk sembarangan,” katanya. 

“Dulu, kapan saja bisa masuk kampung, malam pun siang. Orang kampung kenal dengan kami,” katanya.

Kondisi belakangan semakin bikin runyam. Bantuan pemerintah dirasa belum merata sampai pada semua tukang becak. Padahal, kondisi mereka juga jatuh tertimpa tangga. 

Satiyar berharap segera ada bantuan dari pemerintah.

“(Karena) bingung. Tak ada hasil. Utang harus dicicil. Kalau tidak dicicil nanti dimarahi,” kata Satiyar. 

Baca juga: Ribuan Sopir hingga Tukang Becak Dilatih Pencegahan Covid-19, Diberi Rp 600.000 Per Bulan

Purwanto (50), pengemudi becak di sekitaran Taman Pintar sejak 1990-an. Ia salah satu tokoh di kelompoknya, Paguyuban Prasojo yang anggotanya 95-an pengemudi. Mereka sering mangkal di Jalan Senopati Yogyakarta. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com