PALU, KOMPAS.com - Sejak upaya penangkapan buaya berkalung ban bekas digencarkan, suasana pinggir Sungai Palu, Sulawesi Tengah, makin ramai.
Satuan Tugas Penyelamatan Hewan Liar Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah mengeluhkan keadaan ini.
Ramainya warga dianggap membuat upaya penangkapan semakin sulit.
"Kami berharap mereka menjauh dari lokasi, untuk memudahkan tim bekerja. Namun kami kesulitan membendung keinginan warga untuk melihat proses penyelamatan satwa liar ini," kata Ketua Tim Satgas Penyelamatan Satwa Liar BKSDA Sulawesi Tengah, Haruna, di Palu, Kamis (13/2/2020).
Baca juga: Terkendala Izin, Pakar Buaya Jatim Tak Dibolehkan Bantu Penyelamatan Buaya Berkalung Ban di Palu
Sedangkan upaya penyelamatan untuk melepas ban di leher buaya malang itu masih terus berlangsung.
Sekitar 11.30 WITA, buaya itu sempat muncul di muara sungai.
Hanya saja, setelah memperlihatkan kepala dan ban yang terjebak di lehernya, hewan melata itu kembali menghilang.
Saat reptil itu terlihat, tidak ada tindakan yang diambil tim gabungan BKSDA Sulawesi Tengah.
Begitu pula Matt Wright, pecinta alam dari Australia, yang ikut membantu upaya penangkapan.
Sedangkan upaya penyelamatan untuk melepas ban di leher buaya malang itu masih terus berlangsung.
Buaya berkalung ban ini awalnya muncul pada 2016. Kala itu upaya melepaskan ban sudah dilakukan.
Sejumlah warga yang tidak mempunyai keahlian soal buaya mencoba memancing buaya dengan menggunakan ayam hidup.
Pada 2018, seorang pencinta reptil bernama Panji juga sempat berupaya menangkap buaya berkalung ban di Palu.
Namun, upaya laki-laki yang dikenal lewat acara televisi Panji si Petualang itu tidak membuahkan hasil.
Dinas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah telah beberapa kali mencoba melepaskan ban dari leher buaya tersebut. Namun, usaha itu juga belum berhasil.
Kini Matt Wright yang sudah berhasil menangkap puluhan ekor buaya di Australia ikut bergabung untuk membebaskan satwa itu dari jerat ban.
"Kami berharap, tim kami berhasil mengeluarkan ban di leher buaya. Doakan agar tim ini bisa bekerja dengan baik," kata Haruna.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.