Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antraks Menyebar di Gunungkidul, Warga Diminta Hindari Budaya Brandu

Kompas.com - 16/01/2020, 11:15 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KOMPAS.com- Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul mencatat puluhan warga setempat terjangkit antraks.

Berdasarkan hasil penelitian Balai Besar Penelitian Veteriner (BBVET), ternak dan tanah di wilayah Dusun Ngrejek Wetan, Desa Gombang, Gunungkidul positif antraks

Pemerintah Kabupaten Gunungkidul mengimbau warga menghindari budaya brandu yang sering dilakukan.

"Jangan sampai budaya brandu (menyembelih hewan sebelum mati dan dibagikan) yang sering dilakukan justru berdampak buruk," ungkap Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Gunungkidul Asman Latif.

Ia menekankan agar masyarakat tidak menyembelih hewan yang mati atau sakit.

"Karena jika dagingnya dikonsumsi sangat berbahaya bagi kesehatan," ungkapnya.

Imbauan tersebut diperkuat dengan surat edaran yang disebar oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul.

Surat edaran berisi larangan bagi masyarakat mengonsumsi hewan ternak yang sakit dan mati.

Baca juga: Puluhan Orang di Gunungkidul Positif Antraks

Sempat dikonsumsi

Ilustrasi daging sapiKOMPAS.com/FIRMAN TAUFIQURRAHMAN Ilustrasi daging sapi

Menurut keterangan Kepala Desa Gombang, Kecamatan Ponjong Supriyanto, beberapa waktu yang lalu ada ternak yang mati di wilayahnya.

Ternak-ternak tersebut mati secara mendadak.

Satu ekor sapi yang sakit dan hampir mati kemudian disembelih. Daging sapi tersebut kemudian dibagi-bagikan pada warga.

"Memang ada satu ekor yang disembelih. Itu sapi yang mati pertama," ungkapnya.

Tak berselang lama, beberapa warga jatuh sakit dengan dugaan terjangkit antraks.

Menurut data RSUD Wonosari DIY, mereka telah merawat 12 pasien yang diduga antraks.

Dari 12 pasien itu, beberapa di antaranya mengaku sempat mengonsumsi daging sapi.

Baca juga: Antraks Menyebar, 5.000 Liter Formalin Disiapkan

Positif Antraks

Ilustrasi laboratorium Ilustrasi laboratorium

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gunungkidul mencatat, puluhan orang di Gunungkidul positif antraks.

Awalnya Dinkes menemukan 540 orang terpapar antraks di Dusun Ngerejek Wetan dan 60 orang di Semanu.

Dari jumlah itu, dugaan gejala klinis terlihat pada 87 orang. Setelah dilakukan pengambilan darah dan penelitian lebih lanjut, beberapa warga dinyatakan positif antraks.

"Yang positif antraks ada 27 orang," kata Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Gunungkidul, Sumitro.

Warga yang positif terkena antraks sebagian besar terpapar antraks pada kulit atau gabungan antara kulit dan pernapasan.

Baca juga: Antraks Bisa Disembuhkan, Warga Gunungkidul Segera Berobat Jika Alami Gejala Ini

Bisa sebabkan kematian

IlustrasiKatarzynaBialasiewicz Ilustrasi

Warga yang positif antraks kembali diambil darahnya untuk dicek ulang ke BBVET Bogor, Jawa Barat.

Mereka yang terjangkit antraks diberikan antibiotik profilaksis lanjutan hingga 20 hari.

Sumitro menerangkan, antraks bisa menyerang kulit, pernapasan hingga pencernaan. Penyakit ini bisa menyebabkan kematian jika tidak mendapatkan penanganan yang baik.

"Jika (menyerang) kulit, dibiarkan saja dalam waktu dua minggu akan sembuh sempurna. Tapi kita tidak mengetahui apakah ada komplikasi atau tidak," katanya.

Ia menegaskan antraks pada manusia tidak menular ke sesama manusia.

"Sampai saat ini kita tidak menemukan data penularan antara manusia ke manusia. Mereka hidup seperti manusia pada umumnya, tidak ada isolasi," ujarnya.

Sumber: Kompas.com (Penulis :Kontributor Yogyakarta, Markus Yuwono | Editor: Khairina)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com