Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemkab Gunungkidul Guyur Desa yang Diduga Sumber Antraks dengan Formalin

Kompas.com - 10/01/2020, 19:38 WIB
Markus Yuwono,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com- Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, melakukan pembersihan di Desa Gombang, Kecamatan Ponjing.

Desa itu merupakan tempat ditemukan ternak mati mendadak yang diduga akibat antraks

Pembersihan berlangsung dengan penyemprotan desinfektan. Dalam hal ini, desinfektan yang digunakan adalah formalin.

“Disinfektan 1 meter persegi 50 liter formalin, di lokasi terutama yang kejadian di (desa) Gombang,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Bambang Wisnu Broto, Jumat (10/1/2020).

Baca juga: Antisipasi Antraks, Pemkab Gunungkidul Bagikan Antibiotik

Bambang mengatakan, pembersihan dipusatkan di lokasi penyembelihan hewan yang mati mendadak.

Meski sudah melakukan pembersihan dengan desinfektan formalin, Bambang belum memastikan hewan yang mati mendadak di Desa Gombang disebabkan bakteri antraks. Pasalnya, hingga kini hasil uji sampel belum juga keluar.

“Kami juga mengambil sampel tanah di beberapa tempat total ada sebanyak 50 sampel tanah yang kami kirim seperti sampel tanah seperti Semanu, Nglipar, Karangmojo,” katanya.

Baca juga: Belasan Warga Yogyakarta Diduga Terjangkit Antraks

Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul juga sudah memberikan antibiotik untuk hewan ternak lain di Desa Gombang.

 

Surat Edaran Pencegahan Konsumsi Daging Hewan Sakit Dikeluarkan

Bambang juga menyayangkan kebiasaan warga yang menyembelih hewan sakit.

Untuk itu, dikeluarkan surat edaran bupati berisi larangan mengkonsumsi daging dari hewan yang mati mendadak atau sekarat karena terkena penyakit.

"Surat edaran juga berisi larangan untuk menjual belikan hewan ternak yang mati atau terkena penyakit," ucapnya.

Hal ini juga untuk mencegah hewan ternak aktivitas jual beli ternak yang mati. Sering kali, petugas mendapati bangkai tersebut disimpan dalam rumah pemotongan hewan.

“Itu kan bangkai, tidak boleh dijual. Sering kita kejar ketika mendapati bangkai tersebut dan kita paksa untuk dikubur,” katanya.

Sampai saat ini, petugas baru mengetahui peredaran jual beli ternak mati di sebuah rumah pemotongan hewan di Kecamatan Semanu.

Namun begitu, monitoring terus akan dilakukan untuk mengetahui lokasi lain yang juga menjalankan praktek jual beli ternak mati itu.

“Pernah ada ditemukan disimpan dalam kulkas, kita paksa untuk dikubur. Ini baru di satu titik di Semanu itu,” katanya.

Sebelumnya diberitakan, belasan warga Yogyakarta diduga terjangkit bakteri antraks. Mereka kini dalam perawatan Rumah Sakit Umum Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta.

Kepala Bidang Pelayanan Medik dan Keperawatan RSUD Wonosari dr. Triyani Heni Astuti mengatakan, telah merawat 12 pasien yang diduga terjangkit antraks sejak pertengahan 2019.

Satu di antara sejumlah pasien itu pada akhir 2019 sudah meninggal dunia.

Triyani juga menyatakan, beberapa pasien yang diduga terjangkit antraks mengaku sempat makan daging sapi sebelum sakit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com