Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemindahan Ibu Kota Negara Belum Dongkrak Penjualan Properti di Kaltim

Kompas.com - 09/01/2020, 18:50 WIB
Zakarias Demon Daton,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

SAMARINDA, KOMPAS.com - Pemindahan ibu kota negara ke Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, ternyata belum berpengaruh ke penjualan properti di wilayah itu.

Ketua Real Estate Indonesia (REI) Kaltim Bagus Susetyo mengatakan, jika sebelumnya penjualan perumahan dan apartemen hanya satu unit dalam sebulan, kini sudah naik jadi dua sampai tiga unit.

"Memang ada kenaikan tapi tidak signifikan," katanya kepada Kompas.com di Samarinda, Kamis (9/1/2020).

Baca juga: BUMN Akan Bangun Gedung Mirip Menara Petronas di Ibu Kota Baru

Soal harga jual pun demikian. Sebelumnya, kata Bagus nilai jual perumahan komersial berkisar antara Rp 300-400 juta untuk tipe kecil.

Harga ini belum mengalami kenaikan selama 4 tahun terakhir, meski kini ibu kota negara dinyatakan pindah ke Kaltim.

Justru, kata Bagus, yang meningkat adalah penjualan rumah subsidi dengan harga jual berkisar Rp 135 juta per unit.

"Jadi lebih banyak pengembang bermain di rumah subsidi, karena daya beli lebih baik," katanya.

Baca juga: Kata Luhut, Softbank Ingin Investasi 100 Milliar Dollar AS Ke Ibu Kota Baru

Untuk menggaet pembeli, para pengemban rumah komersial bahkan membuka kemudahan-kemudahan atau fasilitas tambahan seperti membuka akses jalan tembus ke pusat kota hingga potongan harga. Namun, peminatnya masih dirasa sepi.

"Karena secara keseluruhan pengemban rumah komersial masih kesulitan, meski ibu kota siap pindah ke Kaltim," jelasnya.

 

 

 

 

 

Kondisi ini terjadi di dua kota penyangga ibu kota negara baru yakni Samarinda dan Balikpapan.

Sejak penetapan ibu kota negara oleh Presiden Jokowi dua kota ini sering jadi incaran para pembeli dan pengemban.

Bahkan banyak pejabat, pengusaha dan spekulan mulai mondar mandir kedua kota ini dan wilayah di sekitar ibu kota negara yang baru.

"Tapi belum ada transaksi jual beli secara besar-besaran," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com