Salin Artikel

Pemindahan Ibu Kota Negara Belum Dongkrak Penjualan Properti di Kaltim

Ketua Real Estate Indonesia (REI) Kaltim Bagus Susetyo mengatakan, jika sebelumnya penjualan perumahan dan apartemen hanya satu unit dalam sebulan, kini sudah naik jadi dua sampai tiga unit.

"Memang ada kenaikan tapi tidak signifikan," katanya kepada Kompas.com di Samarinda, Kamis (9/1/2020).

Soal harga jual pun demikian. Sebelumnya, kata Bagus nilai jual perumahan komersial berkisar antara Rp 300-400 juta untuk tipe kecil.

Harga ini belum mengalami kenaikan selama 4 tahun terakhir, meski kini ibu kota negara dinyatakan pindah ke Kaltim.

Justru, kata Bagus, yang meningkat adalah penjualan rumah subsidi dengan harga jual berkisar Rp 135 juta per unit.

"Jadi lebih banyak pengembang bermain di rumah subsidi, karena daya beli lebih baik," katanya.

Untuk menggaet pembeli, para pengemban rumah komersial bahkan membuka kemudahan-kemudahan atau fasilitas tambahan seperti membuka akses jalan tembus ke pusat kota hingga potongan harga. Namun, peminatnya masih dirasa sepi.

"Karena secara keseluruhan pengemban rumah komersial masih kesulitan, meski ibu kota siap pindah ke Kaltim," jelasnya.


Kondisi ini terjadi di dua kota penyangga ibu kota negara baru yakni Samarinda dan Balikpapan.

Sejak penetapan ibu kota negara oleh Presiden Jokowi dua kota ini sering jadi incaran para pembeli dan pengemban.

Bahkan banyak pejabat, pengusaha dan spekulan mulai mondar mandir kedua kota ini dan wilayah di sekitar ibu kota negara yang baru.

"Tapi belum ada transaksi jual beli secara besar-besaran," pungkasnya.

https://regional.kompas.com/read/2020/01/09/18501391/pemindahan-ibu-kota-negara-belum-dongkrak-penjualan-properti-di-kaltim

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke