Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

53 Kali Gagal Tembus Beasiswa, Anak Pedagang Sayur Berhasil Kuliah di Amerika

Kompas.com - 06/12/2019, 06:30 WIB
Rachmawati

Editor

“Kemudian kita menang nominasi sebagai editor terbaik dan untuk penata artistik kita hanya masuk nominasi saja. Kita nggak menang,” tambahnya.

Baca juga: Belajar dari Kisah Bonar, Keterbatasan Bukan Kendala

 

Tolak kuliah kampus negeri karena tak ada biaya

Lulus SMA, Aula terpaksa menolak undangan untuk masuk ke beberapa perguruan tinggi negeri Indonesia dari program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Hal tersebut ia lakukan karena bingung biaya untuk kuliah.

“Jadi itu ditujukan kepada 10 besar siswa-siswa berprestasi dari tiap sekolah untuk bisa masuk ke seluruh universitas negeri yang ada di Indonesia,” jelasnya.

“Saya bingung, karena ini sudah dapat undangan, trus nanti yang bayar uang sekolah siapa gitu ya? Akhirnya saya tidak terlalu antusias dengan undangan itu. Padahal itu sesuatu yang sangat priviledge dan sangat dinanti-nanti sebenarnya oleh setiap siswa gitu. Tapi saya nggak terima itu,” jelasnya.

Baca juga: Kisah Warga Manggarai Bahu Membahu Tangkap Tetangga yang Tega Perkosa Anak Tirinya

Saat itu, Aula mengalami masa-masa sulit karena ia ingin melanjutkan kuliah namun ekonomi keluarganya tidak memungkinkan.

“Karena ada omongan kemarin ‘lu jangan harap deh bisa masuk kuliah deh, Aula. Kalau lu nggak bisa sogok orang dan lu nggak punya orang dalam,’” kenangnya.

“Seakan-akan dia mau ngomong bahwa, ‘oh, anak miskin itu nggak bisa sekolah. Anak miskin itu nggak bisa kuliah,” katanya.

Ia pun memutuskan mengikuti SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) dan memilih Universitas Syiah Kuala dengan jurusan pendidikan fisika, sesuai dengan keinginannya.

Baca juga: Kisah Dokter di Aceh Utara Berupaya Menjaring Pengidap HIV/AIDS, Beri Tes hingga Layanan Konseling Sukarela

Ia pun berhasil masuk dan mendapatkan beasiswa,

“Di semester satu-lah baru dapat beasiswa Bidikmisi dan Alhamdulillah sampai dengan tamat dengan beasiswa dari Bidikmisi itu,” ungkapnya.

Sang ibu bahagia, apalagi sang anak bisa membantu keuangan keluarga.

“Walaupun memang tidak besar, tapi minimal ada-lah, kita kasih ke ibu untuk beli sayur, untuk makan sehari-hari,” ceritanya.

Saat menjadi mahasiswa di Universitas Syiah Kuala, Aula berhasil merah berbagai prestasi antara lain menjadi Raja Baca Provinsi Aceh, Duta Damai Provinsi Aceh, Duta Bahasa, juga menjadi perwakilan Indonesia dalam kegiatan Nusantara Leadership Camp.

Baca juga: Kisah Ridho, Perajin Eceng Gondok: Tembus Eropa hingga Omzet Rp 120 Juta Per Bulan

 

53 kali gagal tembus beasiswa

Ilustrasi KuliahDok. Jobplanet Ilustrasi Kuliah
Aula wisuda pada November 2016 lalu. Selain itu mendapatkan penghargaan sebagai mahasiswa berprestasi di kampusnya.

Saat wisuda, Aula hanya ditemani oleh sang ibu karena ayahnya telah meninggal pada tahun 2004 lalu.

“Dan saya pengin banget memang ketika wisuda, ketika diumumkan Aula Andika sebagai mahasiswa berprestasi itu, saya pengen orang tua kedua-duanya bisa hadir gitu. Itu titik terendah saya,” tutur Aula.

Setelah lulus kuliah, Aula bekerja freelance sebagai blogger untuk dunia gaya hidup dan juga menekuni bidang media sosial.

Baca juga: Kisah Dokter Gigi di Bandung Lawan Stigma terhadap Pasien HIV/AIDS

Ia juga memulai terjun ke dunia pendidikan dengan mengajar Al-Qur’an dan Kitab Kuning di pesantren tradisional atau mengajar fisika, baik di kampus juga di sekolah untuk olimpiade sains nasional tingkat Aceh.

Aula pun bermimpi untuk melanjutkan kuliah di luar negeri. Ia pun dikenal sebagai ‘scholarship hunter’ alias pemburu beasiswa sejak kuliah.

“Selama S1 saya coba berbagai beasiswa, short course, conference, exchange program ke luar negeri selalu mendapat penolakan,” jelasnya.

Lima puluh tiga kali sudah Aula mendaftar beasiswa, tidak ada satu pun yang berhasil.

“Saya dari dulu tuh pengin banget ke luar negeri,” kata Aula dilansir dari VOA Indonesia.

Baca juga: Kisah Arini, Penderita HIV yang Bangkit Usai Terusir dari Keluarga...

“Tapi sudah (bulat), ‘Aula, ke luar negeri, naik pesawat, tapi enggak boleh dibayar sama diri sendiri,” kenang Aula.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com