KOMPAS.com - Aula Andika Fikrullah Al Balad (26), anak pedagang sayur di Aceh, berhasil mendapatkan beasiswa untuk kuliah S2 di Lehigh University, Amerika.
Sebelum dinyatakan lolos, Andika telah 53 kali mencoba mendaftar untuk mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri. Ia pun dikenal sebagai ‘scacehholarship hunter’ alias pemburu beasiswa.
Dilansir dari VOA Indonesia, Aula Andika Fikrullah Al Balad adalah anak dari tukang sayur di Gampong Lampasi, Darul Imarah, Aceh Besar.
Ia bercerita sejak tahun 2000, sang ibu membangun kios kecil yang beratapkan rumbia di depan rumah mereka untuk berjualan sayur.
Sebelum memliki kios tersebut, sang ibu Siti Narimah atau yang akrab dipanggil Mak Cut berkeliling kampung dari satu rumah ke rumahnya lainnya untuk berdagang sayur.
“Semenjak menikah dengan almarhum ayah, (ibu) itu sudah jualan sayur,” kata Aula.
Baca juga: Kisah Sabar Subadri, Pelukis Tanpa Tangan yang Enggan Disebut Disabilitas
Di tahun yang sama, sang ayah Ridhwan Kr Is ditemukan meninggal di dekat sawah. Kala itu konflik Aceh sedang terjadi.
Aula kecil saat itu masih duduk di kelas lima SD.
Mak Cut pun menjadi orangtua tunggal. Aula dan kakak-kakaknya membantu sang ibu berjualan sayur untuk mencukupi kebutuhan mereka.
“Saya SMP itu ingat. Jadi saya sekolahnya jam dua siang. Jadi pagi itu ngantar dulu ibu ke pasar untuk belanja sayur, terus jemput lagi ibu. Ibu ke pasar gitu, kemudian setelah semuanya beres, jam dua siang saya baru berangkat ke sekolah,” ujar si bungsu dari tujuh bersaudara ini.
Baca juga: Kisah Alicia, Bocah SD Peraih Perunggu Olimpiade Matematika-IPA yang Bercita-cita Jadi Dokter
Aula bercerita sang ayah adalah lulusan sekolah dasar, sementara ibunya tak pernah sekolah sehingga tak bisa membaca dan menulis.
Namun hal tersebut tak membuat keluarganya abai dengan pendidikan. Bagi keluarganya, pendidikan adalah hal yang paling utama.
“Saya masih ingat, ketika SD dulu, kakak-kakak pernah cerita, bahkan harus sekolah tanpa ada uang jajan. Bahkan kita sakit pun, sakit dalam kondisi sakit demam dan sebagainya itu nggak boleh libur. Tetap harus berangkat ke sekolah,” cerita pria kelahiran November 1993 ini.
Baca juga: Kisah Purwanto Profesor Lebah dari Yogyakarta, Temukan Madu Terbaik di Asia
Saat Aula duduk di bangku SMP, sang kakak sempat menjual pehiasannya untuk biaya sekolah. Hal yang sama terjadi saat Aula SMA.
Sang kakak kembali menjual barang berharganya untuk membantu sang adik agar bisa membayar uang sekolah.
Hal tersebut sempat membuat Aua ragu untuk melanjutkan sekolah.
“Ketika SMP, kakak harus jual apa gitu (perhiasan), supaya bisa saya masuk sekolah,” katanya.
Baca juga: Kisah Polisi di Lamongan yang Dirikan Jasa Antar Jemput Gratis Siswa Yatim Piatu
Ia menjadi juara pidato, cerdas cermat, olimpiade fisika dan matematika, public speaking, hingga MTQ (Majelis Tilawatil Qur’an).
Pada tahun 2010 saat duduk di bangku SMA, ia meraih sederetan penghargaan di ajang Festival Film Anak Aceh yang diselenggarakan oleh dinas sosial dan didukung oleh UNICEF Indonesia, atas hasil karya filmnya yang berjudul “Masihkah Punya Harapan?”
Film berdurasi 15 menit tersebut, menceritakan tentang anak dari keluarga kaya yang kabur dari rumah karena tidak diizinkan sekolah. Anak itu rela mengemis dan menyemir sepatu untuk mendapatkan biaya bersekolah.
Film yang digarap Aula selama satu bulan tersebut diakuinya terinsipirasi dari kisahnya sendiri namun ada perubahan cerita di dalamnya.
“Alhamdulilah, kita dapat penghargaan film terbaik sama sutradara terbaik, aktor terbaik, aktor itu saya langsung juga, jadi sutradara merangkap sebagai aktor,” kenangnya sambil tertawa.