Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/11/2019, 06:10 WIB
Budiyanto ,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

SUKABUMI, KOMPAS.com - Sejumlah warga di Kampung Babakansirna, Dusun Cihurang, Desa Limusnunggal, Kecamatan Bantargadung, Sukabumi, Jawa Barat dihantui bencana tanah bergerak kembali terulang.

Terlebih lagi, mayoritas penduduk merupakan para penyintas (korban) bencana tanah bergerak di Kampung Cihurang Toblongan tahun 1984. Saat itu rumah-rumah dan lahan persawahan porak poranda.

Saat ini, tanda-tanda bencana geologi itu seperti tanah ambles dan retakan tanah dengan lebar, panjang dan kedalaman bervariasi terlihat di beberapa lokasi. Selain di permukiman juga di lahan pertanian.

Dampak retakan tanah ini pun telah merusak sedikitnya 15 bangunan rumah. Di antaranya mengalami retak-retak pada dinding dan lantai. Bahkan satu rumah di antaranya terancam ambruk.

Baca juga: Cerita Penyintas Bencana Tanah Bergerak: Ngeri, Waktu Hujan Deras Air Masuk Retakan Tanah...

"Warga kami di sini mayoritas penyintas (korban) tanah bergerak di Kampung Toblongan tahun 1984," ungkap Ketua RT 03 RW 06 Ahmad Rosandi saat berbincang dengan Kompas.com di rumahnya, Rabu (27/11/2019) malam.

Dia menuturkan setelah kejadian tahun 1984 itu warga mengungsi ke rumah kerabat atau keluarga. Hingga akhirnya para penyintas merelokasi diri membangun rumah di atas lahan-lahan milik pribadi.

Permukiman baru warga penyintas gerakan tanah ini diberi nama Kampung Babakansirna. Sebelumnya kampung ini hanya ditempati tiga kepala keluarga yang masih kerabat.

Lahan kampung baru inipun masih satu hamparan dengan kampung yang diterjang tanah bergerak.

"Sekarang di sini ada lagi tanah yang retak-retak dan dalam serta memanjang tentunya kami merasa was-was. Khawatir peristiwa tahun 1984 kami alami lagi apalagi sekarang menghadapi musim hujan," tutur Rosandi yang saat itu masih berusia sekitar lima tahun.

Baca juga: Penyintas Tanah Bergerak di Sukabumi Siap Tempati Hunian Sementara

15 rumah rusak

Apalagi, dia melanjutkan dampak tanah bergerak ini sedikitnya 15 bangunan rumah dihuni 15 kepala keluarga dengan 45 jiwa mengalami kerusakan. Terutama pada bagian dinding tembok dan lantai mengalami retak-retak.

Dari 15 bangunan rumah ini terdapat satu yang terancam ambruk dan satu bangunan rumah panggung telah dibongkar. Juga lima di antaranya berada di lokasi tanah bergerak yang paling rawan.

"Kami sangat mengharapkan adanya segera penelitian dari Badan Geologi. Agar kami bisa mengetahui langkah yang akan dilaksanakan ke depan," harap dia.

Salah seorang warga, Maman (55) mengakui dirinya juga diliputi rasa khawatir bencana tanah bergerak yang pernah dialami tahun 1984 kembali dialami. Apalagi dalam sepekan ini di beberapa lokasi terdapat retakan tanah seperti yang terjadi pada tahun 1984 lalu.

"Rumah saya juga ada yang retak-retak pada dindingnya," aku Maman sambil memperlihatkan dinding rumahnya yang retak-retak.

Baca juga: Tanah Bergerak di Gunung Walat Sukabumi, Warga Mulai Mengungsi

Cerita penyintas bencana tanah bergerak tahun 1984

Seorang wanita lanjut usia, Mariam (70) menuturkan pada tahun 1984 mengalami bencana tanah bergerak yang sangat cepat.

Saat itu setelah rumahnya rusak dan rumah-rumah tetangganya juga rusak akhirnya membangun rumah di Kampung Babakansirna.

"Sekarang di sini juga ada tanah bergerak lagi. Ya tentunya kami khawatir sekali, apalagi menghadapi musim hujan," tutur dia di rumahnya.

Ancaman bencana tanah bergerak ini telah dilaporkan ke Pemerintah Desa Limusnunggal, Kecamatan Bantargadung hingga Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi.

Sejumlah perwakilannya pun sudah mendatangi lokasi.

Baca juga: Bencana Tanah Bergerak Kembali Terjang Sukabumi, 2 Rumah Rusak, Dalam Retakan Capai 5 Meter

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com