Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Sebelum Aktivis Walhi Golfrid Ditemukan Tewas, Istri: Tak Biasanya Saya Masak Nasi Jadi Bubur

Kompas.com - 26/11/2019, 11:49 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

"Udah siap-siap kian, rupanya kejadiannya kayak gini, jadi dia yang pergi..." tutur Resmi menahan tangisnya.

Baca juga: Tiga Poin Kasus Meninggalnya Aktivis Walhi Golfrid untuk Polda Sumut

Keluarga Naibaho Minta Maaf...

Istri penarik becak yang saat ini menjadi tersangka pencurian barang-barang milik Golfrid datang menemui Resmi pada pertengahan November lalu. Atasnama Marga Naibaho, dia meminta maaf perbuatan suaminya.

Resmi tak menerimanya karena kecewa dengan tersangka yang tega mencuri padahal niat awalnya menolong. 

Sewaktu bertemu, istri tersangka mengatakan kalau suaminya tidak saling kenal dengan para tersangka lain.

Mereka bertemu di jalan sebagai penumpang becak. Namun sewaktu ke Polda Sumut bersama kuasa hukumnya melihat para tersangka, Resmi mengetahui kalau sesama tersangka saling kenal dan berteman. 

"Entah mana tau, orang ini semua dibalik semuanya. Mana tau ada bos orang itu lagi..." ucapnya pelan.

Cincin pernikahan, ATM dan STNK, dan telepon selular sampai hari ini belum ditemukan.

Telepon berukuran kecil dan belum android itu, kata Resmi, digunakan Golfrid untuk berkomunikasi, termasuk dengan dirinya.

Barang bukti yang ditemukan, masih disita polisi. Cuma sepeda motor dan helm sudah dipulangkan polisi. 

Baca juga: Menelusuri Kematian Janggal Golfrid Siregar Sang Ativis

Keanehan di rumah sakit

Sewaktu tiba di rumah sakit, Resmi menemukan suaminya tak sadarkan diri dengan kondisi kejang-kejang dan mengorok.

Saat memeriksa tubuh Golfrid, dia hanya melihat kedua mata bengkak dan lebam, serta satu luka sayatan di tangan kanan yang masih berdarah. 

"Tapi tangannya yang kena sayat itu terus bergerak-gerak, kayak mana kita motong ayam, kayak gitulah gayanya. Sambil ngorok dia..." katanya.

Selang oksigen sudah masuk ke dalam mulut dan hidung, dokter menyampaikan kalau darah sudah di keluarkan dengan cara disedot.

Resmi memang melihat, ada satu botol besar berisi penuh darah, sedang satu botol lagi masih berisi separuh. Kepanikan membuat lupa bertanya dari mana darah berasal, dia sibuk mengurus prosedur operasi ke sana-sini. 

"Udah masuk ruangan, tapi belum ditangani. Sorelah baru dioperasi..." kata Resmi sendu.

Soal luka di kepala, sewaktu pertama kali sampai di rumah sakit pada Kamis (3/10/2019) siang, dokter langsung menunjukkan foto-foto kondisi tempurung kepala yang hancur, belakang kepala pecah, dan pendarahan yang berlebihan lewat gawai. Dokter yang Resmi sudah lupa namanya itu mengatakan, semua luka di kepala itu yang akan dioperasi.

"Di dalam semua hancur, tapi di luar gak ada luka apa-apa, cuma di sinilah lecet sikit," ucapnya menunjukkan dahi kanan. 

Tak lama setelah menjalani operasi, Golfrid akhirnya meninggalkan dunia.

Saat jenazahnya hendak dibawa ke kampung halaman di Tigadolok, dokter memberikan foto-foto yang kondisinya sangat berbeda. Menurut Resmi, foto-foto itu tidak ada menunjukkan luka di kepala. 

Pada foto ditulis Mr X, lahir pada 3 Oktober 1981, pengambilan foto jam 7.45 WIB. Padahal, Golfried lahir pada 3 Oktober 1985 dan dioperasi pukul 17.00 WIB.

Foto yang benar adalah foto rontgen dada yang tertulis jelas nama dan tanggal lahir Golfrid, jam foto diambil sekira pukul 12.00 WIB, berdekatan dengan waktu operasi.

"Foto yang pertama, hancur semua. Tiga orang kami nengoknya, sama amang itu. Foto yang dikasi, beda kali, heran kami," katanya lugu. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com