Pada tahun 1950, Landoeng diangkat menjadi guru fisika di SMPN 4 Bandung. Ia juga mengajar olahraga seperti softnall.
Ia kemudian ditugaskan Presiden Soekarno ke Malaysia pada tahun 1963-1966, untuk membantu negara tetangga tersebut untuk memberantas buta huruf.
Pada tahun 1955, ia juga tercatat sebagai panitia Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955. Saat itu ia bertugas menyediakan kendaraan untuk para delegasi.
“Angkatan Abah dah pada ga ada. Tinggal saya dan Mang Ihin (Solihin GP),” ujarnya.
Solihin GP adalah mantan Gubernur Jabar dan Abah Landoeng masih sering berkunjung ke rumah sahabatnya tersebut.
Baca juga: Peringatan Hari Guru, Ridwan Kamil Hadiahi Guru SD-nya Umroh
Murid Abah Landoeng saat ini ada yang menjadi gubernur hingga artis.
“Murid abah ada yang jadi menteri, profesor, banyak yang jadi orang-orang hebat kaya Gubernur Ridwan Kamil,” ungkapnya.
Kalangan profesor, beberapa nama seperti Guru Besar Unpad, Prof Ina Primiana tercatat sebagai muridnya. Begitupun artis seperti Euis Komariah, Didi Petet, Iwan Fals, pernah menjadi muridnya.
Ia bercerita bahwa pola pendidikan dulu dan sekarang berbeda. Menurutnya para siswa yang dia ajar dulu lebih disiplin dan menghormati guru.
“Dulu anak-anak jenderal itu, (kalau nakal) Abah jitak. Orangtuanya gak apa-apa. Kalau sekarang, main lapor,” tuturnya.
Baca juga: Peringatan Hari Guru, Siswa di Parepare Cuci Motor Guru hingga Suapi Tumpeng
Saat itu ia membawa uang Rp 1,2 juta, paspor, dan makanan.
“Di perjalanan, kalau capek, saya istirahat di masjid. Tidur juga sering di masjid,” ungkapnya.
Selama di tanah suci, dia berkeliling Mekah dengan sepeda dan mendapatkan fasilitas hotel mewah dan dermawan. Ia juga mendapatkan donasi tiket pesawat untuk pulang ke Indonesia.
“Tentu banyak cerita yang menyenangkan, ada juga kesedihan. Tapi banyak menyenangkan,” ungkapnya.
Baca juga: Kisah Siti Komariah, Guru Perbatasan di Palembang 2 Tahun Mengajar Tanpa Digaji