Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sulitnya Pengungsi Bercinta di Lokasi Pengungsian, Sewa Penginapan hingga Minta Bilik Asmara

Kompas.com - 14/11/2019, 15:51 WIB
Rahmat Rahman Patty,
Farid Assifa

Tim Redaksi

Ia kerap mengajak istrinya pergi dari lokasi pengungsian untuk sekadar memenuhi kebutuhan batin.

Bagi Arman yang baru menikah lima bulan lalu itu, kondisi yang dijalani bersama istrinya sangatlah berat di tengah situasi bencana yang terjadi saat ini.

“Ya, mau bagaimana ya, kondisi sudah seperti begini, jadi kita cari tempat yang terbaik saja,” katanya sambil malu-malu.

Bilik asrama

Arman berharap pemerintah dapat mencari solusi agar kebutuhan seksual para pengungsi dapat terpenuhi. Baginya, pemerintah sebaiknya membangun "bilik asmara" di lokasi-lokasi pengungsian, sehingga para pengungsi tidak menjadi resah.

“Menurut saya begitu, harus ada tempat khusus yang layak bagi yang sudah berkeluarga di lokasi pengungsian,” ujarnya.

Baca juga: Dialog dengan Pengungsi Ambon, Jokowi Ingatkan Indonesia Daerah Rawan Bencana

Hal yang sama juga diutarakan oleh pengungsi lainnya, Yuni. Menurutnya, untuk memenuhi kebutuhan seksual para pengungsi, pemerintah perlu menyediakan tempat yang layak di lokasi-lokasi pengungsian.

Menurut Yuni, dengan membangun bilik asmara bagi para pengungsi di lokasi pengungsian, maka hal itu akan meminimalisasi tingkat stres para pengungsi yang sudah lebih dari sebulan tinggal di tenda-tenda darurat.

“Pemerintah harus memikirkan hal itu, harus ada tempat yang layak ya untuk urusan itu,” ujarnya.

Sementara pengungsi lain, Naim Lessy, yang ditemui Kompas.com memiliki pandangan berbeda mengenai hal tersebut. Menurutnya, pembangunan bilik asmara di lokasi pengungsian justru akan menimbulkan kesan yang tidak elok.

Menurut dia, sebaiknya pemerintah lebih cepat menyalurkan bantuan kepada para pengungsi yang rumahnya rusak agar segera dibangun. Dengan begitu, masyarakat dapat kembali hidup dengan normal dan dapat melakukan aktivitas apa pun dengan bebas.

”Kalau saya,  kan kita juga harus malu dengan orang-orang tua di sini, jadi sebaiknya kita tunggu bantuan dari pemerintah agar kita bisa segera membangun rumah yang layak biar sederhana,” katanya.

Kepala Badan Penanggulangan Bancana Daerah (BPBD) Maluku, Farida Salampessy memahami kebutuhan seksual bagi pengungsi.

Baca juga: Di Hadapan Jokowi, Pengungsi Gempa Maluku Curhat soal Tenda Sobek

 

Namun karena konsep penanganan pengungsi tidak lagi menggunakan sistem hunian sementara, maka pembangunan bilik asmara di lokasi-lokasi pengungsian tidak bisa dilakukan.

“Tidak ada lagi huntara, jadi langsung pembangunan rumah warga, kalau seandainya hunian sementara itu masuk dalam konsep maka sudah pasti itu (barak khusus) akan kita bangun,” katanya kepada Kompas.com.

Dia menyebut, saat ini anggaran untuk pembangunan rumah-rumah warga yang rusak telah disiapkan Kementerian Keuangan dan BNPB. Anggaran itu akan segera dicairkan ke Maluku.

Menurut Farida, anggaran pembangunan rumah-rumah warga yang rusak itu belum dapat dicairkan karena masih perbaikan administrasi para korban gempa.

“Karena kemarin itu dari kabupaten kota memasukkan data tanpa NIK dan Kartu Keluarga jadi diperbaiki ulang. Nanti setelah itu semua selesai dananya langsung cair, jadi masyarakat bisa langsung membangun  kembali rumahnya, mungkin bulan depan sudah bisa selesai,” katanya.

 

 

 

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com