Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Musim Hujan Datang, BNPB: Solusi Kekeringan tapi Bisa Berujung Banjir

Kompas.com - 04/11/2019, 14:04 WIB
Rachmawati

Editor

"Periksa juga bangunan semipermanen, bagian mana yang harus diperkuat. Lalu cek juga konstruksi seperti baliho dan papan reklame," ujar Hary.

Baca juga: Hasil Panen Padi di Baubau Merosot Tajam akibat Kekeringan


Solusi kekeringan tapi bisa berujung banjir

Pertengahan 2019 BMKG menyebut 60% wilayah Indonesia dilanda kekeringan akibat kemarau.

Persentase itu disebut pemerintah berdampak terhadap 48 juta penduduk.

Hingga akhir November ini, beberapa wilayah belum mampu lepas dari jerat kekeringan air bersih, terutama di Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, dan NTT.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB, Agus Wibowo, menyebut musim hujan dapat menghentikan rantai kekeringan tersebut. Tapi syaratnya, kata dia, pemerintah dan masyarakat harus menampung air hujan yang turun.

Baca juga: Kekeringan di Trenggalek Meluas, 60 Desa Kesulitan Air Bersih

"Kami imbau pembuatan embung, danau kecil dan penanaman pohon dan pembuatan lubang biopori agar ada cadangan air yang bisa saat kemarau datang lagi," kata Agus.

Tanpa penampungan hujan, tutur Agus, air bakal langsung mengalir ke laut tanpa bisa dimanfaatkan.

Di sisi lain, ketiadaan penampungan air disebutnya juga dapat memicu banjir.

"Hampir 98% bencana alam merupakan bencana hidrometeorologi atau yang berhubungan dengan air. Saat musim hujan terjadi banjir, artinya air langsung terbuang ke laut. Berarti sudah tidak ada penyimpanan air lagi," ucapnya.

Baca juga: Kisah Relawan Jelajahi Gua Vertikal untuk Cari Air Bersih: Puluhan Tahun Akhirnya Kami Tidak Kekeringan Lagi

"Selama ini keliatannya kita memang belum siap, menganggap musim hujan normal, tidak ada kemarau panjang dan berharap musim hujan datang lagi. Ternyata kemarin kemarau panjang dan tidak ada antisipasi," kata Agus.

Dalam catatan BNPB, banjir adalah bencana alam kedua paling kerap terjadi di Indonesia pada tahun 2018 sebanyak 506 peristiwa.

Banjir berada di bawah puting beliung  yakni 605 peristiwa dan berada di atas karhutla yakni 353), longsor sebanyak 319, serta erupsi gunung api sebanyak 55 peristiwa.

Baca juga: Kekeringan di Karawang Meluas, Hujan Diperkirakan Baru Turun Desember


Karthutla 'bakal segera padam'

Relawan pemadam kebakaran berupaya memadamkan kebakaran lahan gambut di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, 21 Oktober. ANTARAFOTO/BAYU PRATAMA S Relawan pemadam kebakaran berupaya memadamkan kebakaran lahan gambut di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, 21 Oktober.
Musim hujan disebut BNPB juga bakal menjadi satu-satunya faktor yang akan menuntaskan karhutla di berbagai wilayah.

Alasannya, hujan buatan yang selama ini diupayakan untuk menghentikan kebakaran kerap terhambat ketersediaan awan.

"Hujan memang satu-satunya yang kami harapkan. Hujan buatan susah terjadi karena awan tidak ada," kata Agus Wibowo dari BNPB.

"Air tanah juga sulit diandalkan, ada tapi dalam sekali," ujarnya.

Baca juga: Usai Karhutla, Riau Bersiap Hadapi Banjir dan Langsor

Agus meminta para pemilik lahan gambut untuk bersiasat memanfaatkan hujan untuk menghentikan penyebaran titik panas.

"Di lokasi rawan kebakaran seperti lahan gambut, kami imbau agar sekat kanal segera diblok. Tujuannya, saat hujan air cepat naik dan lahan berair lagi sehingga tidak mudah terbakar," kata Agus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com