KOMPAS.com - Seorang joki anak di Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), tewas saat mengikuti lomba pacuan kuda, pertengahan Oktober lalu.
Peristiwa ini mendorong para pegiat perlindungan anak untuk menyuarakan penghentian praktik pelibatan anak-anak sebagai joki dalam pacuan kuda di NTB.
Di sisi lain, pemerintah dan sebagian masyarakat setempat kerap menempatkan aktivitas joki cilik sebagai warisan budaya nenek moyang.
M Sabila Putra jatuh tersungkur setelah kehilangan kendali tali kekang kuda saat mengikuti pacuan kuda tradisonal Sambi Na'e di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat, Senin (14/10/2019).
Baca juga: Joki Cilik Meninggal Saat Pacuan Kuda, Aktivis Kampanyekan #Stopjokicilik
Saat terjatuh, tubuh mungil bocah 10 tahun itu sempat tertindih kuda. Kepalanya terluka parah.
Sabila menemui ajal saat menjalani perawatan di rumah sakit.
Kematiannya menjadi catatan hitam dalam ajang lomba pacuan kuda dengan joki anak yang memperebutkan piala Wali Kota Bima pada acara Hari Jadi TNI ke-74.
Samsul, ayah Sabila, mengenang anaknya dengan wajah lesu. Petani dari Desa Roka ini mengaku, Sabila mulai belajar penunggang kuda sejak tahun ini atas kemauan sendiri.
Dilatih pamannya seminggu dua kali, Sabila terkadang mengorbankan waktu bersekolah.
Baca juga: Joki Cilik Meninggal, Jatuh dan Tertindih Kuda Saat Pacuan
"Prestasinya bagus di sekolah. Kadang-kadang kalau dia ikut pacuan, dia lapor ke sekolah. Jadi minta izin sama bapak kepala sekolah," kata Samsul kepada BBC News Indonesia.
Sabila sudah mengikuti lomba pacuan kuda sampai lima kali tahun ini. Kata Samsul, tiap kali pacuan, Sabila bisa mendapatkan uang jasa sebagai joki "sekitar Rp6 juta".
Namun, dalam pacuan berikutnya Samsul sudah tak bisa lagi melihat anaknya pulang. Jangankan membawa uang, senyum dan tawanya ketika meraih kemenangan tidak akan terlihat lagi.
"Kalau kecewa ya kecewa, namanya anak tapi apa boleh buat kalau sudah takdirnya dia," katanya.
Baca juga: Presiden Pastikan Model Rumah Tahan Gempa di NTB Dibangun di Maluku
"Dulu sempat ada helm, sekarang tidak ada karena kadang-kadang suka hilang. Dipakai joki lain dan tidak dikembalikan, dan sekarang tidak lagi pake peralatan selain baju ban (rompi) saja," katanya.
Meski tanpa standar pengamanan yang memadai, setiap kali lomba pacuan kuda berlangsung, ratusan joki cilik ikut dari sejumlah daerah di NTB.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.