Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ribuan Warga Semarang Terjangkit Penyakit ISPA, Dampak Kemarau Panjang

Kompas.com - 28/09/2019, 13:31 WIB
Riska Farasonalia,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Sepanjang musim kemarau yang melanda wilayah Jawa Tengah, telah mengakibatkan munculnya berbagai jenis penyakit yang menyerang masyarakat di beberapa daerah.

Di Semarang dilaporkan ribuan warga terjangkit penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) selama musim kemarau yang berkepanjangan.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Muhammad Abdul Hakam mengungkapkan, selama puncak kemarau di bulan Agustus 2019, terdapat 3.053 penderita ISPA yang tersebar di 16 kecamatan.

Baca juga: BMKG Prediksi Musim Kemarau Bisa Berlangsung Hingga Awal November

"Infeksi saluran pernapasan yang muncul biasanya dialami oleh para lansia dan anak-anak," kata Abdul, kepada Kompas.com, Sabtu (29/9/2019).

Kemarau menyebabkan cuaca sangat panas disertai udara debu. Sehingga, mengakibatkan warga rentan terkena gangguan pernapasan.

Untuk mengetahui gejala ISPA biasanya dimulai dari sakit tenggorokan, pilek pada anak maupun batuk-batuk yang tak kunjung reda.

"Orang yang pilek saja bisa dikenali bahwa dia kena gejala awal ISPA. Kalau pada anak-anak, selain pilek, lalu demam, maka perlu diperiksakan ke dokter atau puskesmas terdekat," ujar dia.

Angka penderita ISPA di Semarang saat ini menduduki urutan pertama menyusul angka penularan sakit tenggorokan dan dehidrasi.

"Sejak Januari sampai sekarang, kami menemukan ada ribuan kasus ISPA. Tapi, harus dipilah-pilah juga, dan kami belum dapat rinciannya. Kasus lainnya karena dehidrasi," ujar dia.

Baca juga: Cerita Syakila, Balita yang Sakit ISPA Satu Minggu Akibat Terpapar Asap di Padang

Pihaknya menyarankan kepada masyarakat untuk mengurangi aktivitas fisik di siang hari.

Lebih baik menjalankan aktivitas fisik pagi atau sore. Sehingga, bisa mengurangi potensi dehidrasi.

"Saat berpergian keluar rumah bisa memakai masker. Karena debu yang berterbangan berpotensi menjadi kuman bila masuk ke dalam saluran pernapasan," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com