KOMPAS.com - Polisi terpaksa membubarkan paksa para mahasiswa di Bandung yang menggelar unjuk rasa di Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Selasa (24/9/2019).
Sejumlah mahasiswa terpaksa diamankan karena menolak untuk membubarkan diri.
Sementara itu, kabar hoaks yang menyatakan seorang mahasiswa di Palembang meninggal saat ikut demo, sempat menyebar.
Kapolresta Palembang Kombes Pol Didi Hayamansyah memastikan kabar tersebut adalah hoaks.
Baca fakta lengkapnya:
Didi menjelaskan, kabar meninggalnya seorang mahasiswa ketika kericuhan dalam aksi demonstrasi di Jalan Pom IX kawasan DPRD Provinsi Sumatera Selatan, adalah hoaks.
Menurutnya, saat ini ada 28 mahasiswa yang dirawat ke Rumah Sakit RK Charitas karena terkena gas air mata.
Namun, dari 28 yang telah dirawat, 26 lainnya telah diizinkan pulang ke rumah.
"Saya pastikan kabar mahasiswa meninggal saat ricuh itu hoaks. Itu kejadian daerah lain bukan Palembang. Sekarang 26 siswa sudah diizinkan dokter pulang, untuk dua mahasiswa lagi masih dirawat," kata Didi, Selasa (24/9/2019).
Baca juga: Polisi Pastikan Kabar Mahasiswa yang Meninggal Saat Kericuhan di Palembang Hoaks
Demo mahasiswa di Bandung berujung ricuh. Polisi pun menduga kelompok Anarko Sindikalis memiliki keterkaitan dengan kericuhan dalam demo mahasiswa di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Barat, Senin (23/9/2019).
"Kembali lagi Anarko yang bermain di Bandung, Bandung sangat rawan," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (24/9/2019).
Menurut Dedi, kelompok Anarko Sindikalis juga diduga terlibat terkait aksi vandalisme di Gedung DPR.
Baca juga: Polisi Duga Kelompok Anarko Sindikalisme Terkait Ricuh Demo di Bandung