Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Sunar, Kemudikan Truk Ratusan Kilometer untuk Antar Air Bersih ke Warga Terdampak Kekeringan

Kompas.com - 19/09/2019, 19:53 WIB
Dani Julius Zebua,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

 

Tantangan kemudikan truk di pegunungan

Sunar menceritakan, hari-hari mereka bekerja dari pukul 08.00 sampai 17.00. Selambatnya pukul 18.00. Sunar tak sendiri.

Banyak personel di BPBD yang melakukan serupa dirinya. Mereka bekerja dalam 2 shift sehari, dengan 4 orang dalam 1 shift.

Mereka mengawali dengan mengisi air dari sumur-sumur yang berlimpah, utamanya milik PMI maupun PDAM.

“Meski biasa mengantar, medan sulit menjadi tantangan apalagi di pegunungan,” kata Sunar.

“Tapi setidaknya kita semua ikut senang kalau melihat orang yang tadinya kesulitan senang mendapat air bersih,” kata Sunar.

Ketika ditemui, Sunar sedang mengirimkan bantuan air bersih untuk warga Bendo. Air itu merupakan bantuan Kantor Pelayanan Pajak Daerah DIY untuk Kulon Progo yang dikelola BPBD. Dusun Bendo terdiri dari 66 kepala keluarga atau sekitar 350 jiwa.

Baca juga: Kekeringan Semakin Meluas Pemerintah Gorontalo Tetapkan Status Darurat

Kekeringan sejak Juli

Warga mengaku sudah kesulitan air sejak Juli 2019.

Warga mengungkapkan, sumur-sumur sudah mati. Padahal, kedalaman sumur warga itu terbilang tidak normal.

Rata-rata 20-30 meter dalamnya tiap sumur. Tidak sedikit yang di sedalam 30 meter. Tapi semuanya nyaris mati tak lagi mengalir air.

Sangat sedikit sumur yang debit airnya masih ada. Itu pun airnya hanya cukup untuk memasak saja.

“Tidak bisa untuk yang lain. Tidak bisa untuk mandi apalagi mencuci,” kata Mujirah, 50 tahun, warga Bendo.

Itu berarti, katanya, tidak ada air untuk ladang dan pertanian mereka. Kawasan Lendah pun jadi tandus.

Warga terpaksa meminta air ke tetangganya yang berada di dataran yang sedikit lebih rendah, terpaksa berjalan jauh, mengantre, dan mencuci di sumur tetangga.

Baca juga: Kekeringan, Warga Meletakkan Wadah Air di Depan Rumah Setiap Hari

Mujirah menceritakan, ia terpaksa jalan kaki 600 meter untuk mencuci di sumur tetangga. Itu pun harus antre dengan warga lain.

Sumur yang tersisa hanya milik Mbah Ngadikem. Warga menyadari kesulitan air seperti ini. Mereka pun harus selalu berbagi air.

“Tetangga tidak keberatan,” katanya.

Sekarang, mereka mendapatkan air bersih dari pemerintah yang diperoleh dari para donatur.

Warga di dusun ini mendapat suplai air setelah berbulan-bulan kesulitan air.

“Kalau tidak ada ya terpaksa minta air atau bahkan beli air sendiri. Kalau kuat beli sendiri, kalau tidak sama-sama (patungan). Tergantung punya tampungan atau tidak. Satu tangki isi 5.000 liter bisa Rp 160.000,” kata Mujirah.

Baca juga: Masuki Darurat Kekeringan, 9 Kecamatan di Kulon Progo Butuh Air Bersih

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com