Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Sunar, Kemudikan Truk Ratusan Kilometer untuk Antar Air Bersih ke Warga Terdampak Kekeringan

Kompas.com - 19/09/2019, 19:53 WIB
Dani Julius Zebua,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com - Kekeringan sepanjang musim kemarau terus berlangsung di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Warga merasakan dampak terutama kesulitan air bersih.

Pemerintah melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulon Progo mulai turun tangan membantu warga dengan mengirimkan air bersih di berbagai wilayah sejak sepekan lalu.

Mereka mengerahkan beberapa armada truk tangki masing-masing kapasitas 5.000 liter untuk menjangkau berbagai daerah kekeringan.

Sunar Iswanto, 36 tahun, salah satu relawan yang hari-hari mengirimkan air itu ke berbagai wilayah. Meski bertubuh tambun, Sunar lincah mengemudi truk dengan nomor polisi B 9127 PMA dengan bodi warna oranye.

Baca juga: Perjuangan Warga Saat Kekeringan, Lewati Bukit, Ambil Air yang Mengalir di Bebatuan

Warga Desa Kaliagung di Kecamatan Sentolo ini menceritakan, sejak Pemkab mengumumkan Tanggap Darurat Kekeringan sepekan lalu, semua relawan turun tangan.

Sunar sebagai salah satu relawan, mengaku siap saja untuk mengirim air bersih bahkan hingga daerah cukup sulit dijangkau dan jauh.

Ia bersama seorang kernet membawa 5.000-an liter air dalam satu kali antar, dengan rata-rata 3 kali dalam satu hari.

Tempuh ratusan kilometer lewati Bukit Menoreh

Daerah pegunungan di sebelah Utara yang dikenal sebagai Bukit Menoreh merupakan daerah langganan.

Daerahnya cukup jauh, sekitar 70 kilometer dalam satu kali perjalanan pergi dan pulang.  Itu berarti bisa 200-an kilometer setiap hari.

“Bisa lebih jauh lagi,” kata Sunar di Dusun Bendo, Desa Ngentakrejo, Lendah, Kamis (19/9/2019).

Pemkab Kulon Progo menyiapkan sekitar 2.000.000 liter air bersih pasca ditetapkannya status Darurat Bencana Kekeringan oleh Bupati Kulon Progo lewat Surat Keputusan Tanggap Darurat Bencana Kekeringan, Senin (9/9/2019).

Baca juga: Kisah Tamin, Kayuh Sepeda Ratusan Kilometer untuk Mudik dari Bandung ke Gunungkidul

 

Melalui BPBD, pemerintah menyalurkannya dengan 5 truk tangki.

Kebutuhan air bersih warga masih sangat besar bahkan terus bertambah, diperkirakan sampai akhir Oktober 2019.

Warga memohon air bersih dengan beragam cara, termasuk dengan mengirim proposal, tapi tidak sedikit pula yang meminta secara langsung.

BPBD mencatat proposal datang dari lebih 30 desa yang ada di 7 kecamatan. Permintaan itu untuk memenuhi kebutuhan 4.100 kepala keluarga atau lebih dari 7.300 jiwa.

 

Tantangan kemudikan truk di pegunungan

Kemarau panjang membuat sekitar 300 jiwa atau 66 kepala keluarga di Dusun Bendo, Desa Ngentakrejo, Kecamatan Lendah, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, kesulitan air bersih. Pemerintah turun tangan mengirim bantuan air bersih, termasuk mengelola banyak bantuan donatur, baik perusahaan, instansi, hingga perorangan. Intansi pemerintah pun ikut, seperti Kantor Pajak Pendapatan Daerah (KPPD) DI Yogyakarta di Kulon Progo yang menyalurkan puluhan ribu liter air bersih bagi warga di 2 kecamatan, yakni Lendah dan Girimulyo. Salah satunya di dusun Bendo ini, di mana ratusan warga sampai antre menunggu kiriman air bersih.KOMPAS.com/DANI JULIUS Kemarau panjang membuat sekitar 300 jiwa atau 66 kepala keluarga di Dusun Bendo, Desa Ngentakrejo, Kecamatan Lendah, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, kesulitan air bersih. Pemerintah turun tangan mengirim bantuan air bersih, termasuk mengelola banyak bantuan donatur, baik perusahaan, instansi, hingga perorangan. Intansi pemerintah pun ikut, seperti Kantor Pajak Pendapatan Daerah (KPPD) DI Yogyakarta di Kulon Progo yang menyalurkan puluhan ribu liter air bersih bagi warga di 2 kecamatan, yakni Lendah dan Girimulyo. Salah satunya di dusun Bendo ini, di mana ratusan warga sampai antre menunggu kiriman air bersih.
Sunar menceritakan, hari-hari mereka bekerja dari pukul 08.00 sampai 17.00. Selambatnya pukul 18.00. Sunar tak sendiri.

Banyak personel di BPBD yang melakukan serupa dirinya. Mereka bekerja dalam 2 shift sehari, dengan 4 orang dalam 1 shift.

Mereka mengawali dengan mengisi air dari sumur-sumur yang berlimpah, utamanya milik PMI maupun PDAM.

“Meski biasa mengantar, medan sulit menjadi tantangan apalagi di pegunungan,” kata Sunar.

“Tapi setidaknya kita semua ikut senang kalau melihat orang yang tadinya kesulitan senang mendapat air bersih,” kata Sunar.

Ketika ditemui, Sunar sedang mengirimkan bantuan air bersih untuk warga Bendo. Air itu merupakan bantuan Kantor Pelayanan Pajak Daerah DIY untuk Kulon Progo yang dikelola BPBD. Dusun Bendo terdiri dari 66 kepala keluarga atau sekitar 350 jiwa.

Baca juga: Kekeringan Semakin Meluas Pemerintah Gorontalo Tetapkan Status Darurat

Kekeringan sejak Juli

Warga mengaku sudah kesulitan air sejak Juli 2019.

Warga mengungkapkan, sumur-sumur sudah mati. Padahal, kedalaman sumur warga itu terbilang tidak normal.

Rata-rata 20-30 meter dalamnya tiap sumur. Tidak sedikit yang di sedalam 30 meter. Tapi semuanya nyaris mati tak lagi mengalir air.

Sangat sedikit sumur yang debit airnya masih ada. Itu pun airnya hanya cukup untuk memasak saja.

“Tidak bisa untuk yang lain. Tidak bisa untuk mandi apalagi mencuci,” kata Mujirah, 50 tahun, warga Bendo.

Itu berarti, katanya, tidak ada air untuk ladang dan pertanian mereka. Kawasan Lendah pun jadi tandus.

Warga terpaksa meminta air ke tetangganya yang berada di dataran yang sedikit lebih rendah, terpaksa berjalan jauh, mengantre, dan mencuci di sumur tetangga.

Baca juga: Kekeringan, Warga Meletakkan Wadah Air di Depan Rumah Setiap Hari

Mujirah menceritakan, ia terpaksa jalan kaki 600 meter untuk mencuci di sumur tetangga. Itu pun harus antre dengan warga lain.

Sumur yang tersisa hanya milik Mbah Ngadikem. Warga menyadari kesulitan air seperti ini. Mereka pun harus selalu berbagi air.

“Tetangga tidak keberatan,” katanya.

Sekarang, mereka mendapatkan air bersih dari pemerintah yang diperoleh dari para donatur.

Warga di dusun ini mendapat suplai air setelah berbulan-bulan kesulitan air.

“Kalau tidak ada ya terpaksa minta air atau bahkan beli air sendiri. Kalau kuat beli sendiri, kalau tidak sama-sama (patungan). Tergantung punya tampungan atau tidak. Satu tangki isi 5.000 liter bisa Rp 160.000,” kata Mujirah.

Baca juga: Masuki Darurat Kekeringan, 9 Kecamatan di Kulon Progo Butuh Air Bersih

 

Bantuan 50.000 liter air bersih

Banyak sekali instansi, perusahaan maupun pribadi terpanggil untuk membantu penyediaan air bersih bagi warga di wilayah kekeringan.

Kepala Kantor Pelayanan Pajak Daerah (KPPD) DIY untuk Kulon Progo, Bagiya Rakhmadi mengungkapkan, pihaknya turut menyalurkan 50.000 liter untuk setidaknya di dua kecamatan, Lendah dan Girimulyo.

“Kami (KPPD DIY Kulon Progo) bantu di 2 kecamatan masing-masing 5 tangki,” katanya.

Menurutnya, dua kecamatan itu merupakan yang paling mengalami kekeringan ekstrem.

“Nanti di Girimulyo sebagai daerah yang paling tinggi. Di sana memang sangat membutuhkan sekali.” Kata Bagiya.

Bagiya mengungkapkan, KPPD DIY sejatinya mengalir bantuan ke Gunung Kidul dan Kulon Progo melalui kantor di masing-masing wilayah kerja.

Masing-masing menyalurkan 10 tangki dengan kapasitas 5.000 liter per tangki.

“Bantuan air bersih diberikan untuk Kulon Progo dan Gunung Kidul yang dilakukan oleh masing-masing wilayah sebanyak 10 tangki,” katanya.

Baca juga: Kasus Keracunan Makanan Merebak, Ratusan Orang Jadi Korban, Penyebabnya Sepele

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com