Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Warga Saat Kekeringan, Lewati Bukit, Ambil Air yang Mengalir di Bebatuan

Kompas.com - 19/09/2019, 06:15 WIB
Markus Yuwono,
Khairina

Tim Redaksi

Tak jauh dari sumber air, di bawah rerimbunan pohon terdapat kamar mandi umum. Di sana beberapa ibu-ibu bersendang gurau sambil mencuci, sebagian lainnya mandi. Di sela tumpukan pakaian, ada beberapa galon air yang akan digendongnya bersama pakaian.

"Untuk mandi dan mencuci ngambil dari sini. Kadang untuk memasak juga, disini sekalian mandi. Saya sendiri sudah membeli air bersih dari tangki swasta sebanyak 4 kali," kata Rumini warga lainnya. 

Kepala Dusun Duwet Taufik mengatakan, di dusunnya ada empat sumber air bersih yang digunakan warga yakni Kali Duren, Kali Wonosari, Gua Nglibeng, dan Kali Welutan.

Sumber air Nglibeng sudah disedot ke atas dan ditampung namun debitnya tidak begitu banyak, sehingga warga harus antre untuk mengalirkan ke rumah.

Untuk sumber air Duren sudah dibuat bak penampungan dan bisa digunakan untuk warga RT 3 dan 4. 

"Untuk Kali Wonosari digunakan dua RT yakni 1 dan 2 ada sekitar 83 kepala keluarga yang memanfaatkan sumber air ini setiap hari," ucapnya. 

Di dusunnya tidak ada warga yang berani membuat sumur, karena memang kondisi geografis yang berada di perbukitan. Rencananya bersama desa akan diusulkan untuk membuat sumur bor bagi warga.

"Rencananya sih mau saya usulkan ke desa untuk membuat sumur bor, kasihan warga kami sebagian besar petani. Jika kemarau tidak bisa menanam, dan airnya juga harus beli dari swasta," ujarnya. 

Baca juga: Dilanda Kekeringan Ekstrem, 2 Juta Liter Air Bersih Disalurkan ke Sejumlah Desa di Kulon Progo

Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul Edy Basuki mengatakan, status kekeringan di Gunungkidul belum berubah.

Meski daerah lain di wilayah DIY sudah menetapkan darurat kekeringan, namun hal tersebut belum dilaksanakan karena masih menunggu hasil kajian.

Salah satunya, mengenai anggaran droping dan kondisi cuaca. Informasi dari BMKG ini akan dijadikan dasar dalam pengambilan kebijakan. 

Pihaknya belum menetapkan status darurat kekeringan seperti daerah lain karena masih tersedianya anggaran sampai akhir September nanti.

"Hasil koordinasi masih aman. Belum perlu menaikkan status darurat kekeringan," katanya. 

Di dalam koordinasi, selain dihadiri pihak dari kecamatan, juga mengundang Paguyuban Pengelola Air Minum Masyarakat Yogyakarta (Pamaskarta) dan PDAM Tirta Handayani.

"Hasil koordinasi ini diketahui dana di sepuluh kecamatan yang memiliki anggaran droping dipastikan masih mencukupi, paling tidak hingga akhir September. Khusus untuk Kecamatan Ponjong, Tepus dan Rongkop anggaran yang dimiliki masih bisa bertahan hingga pertengahan Oktober," ucapnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com