Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Warga Terpencil yang Merana karena Kemarau: Mandi Dua Hari Sekali karena Krisis Air

Kompas.com - 09/09/2019, 13:02 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

Perhutani KPH Gundih dari Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Kuncen bersama dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) melaksanakan drop air ke Dukuh Sanggrak. 

Baca juga: Krisis Air Bersih di Cianjur Meluas, Warga Gunakan Air Keruh untuk Mandi

Warga mandi dua kali sehari

Terlihat antusias warga begitu tinggi menerima bantuan air bersih. Tua dan muda tumpah ruah berebut dan mengantre air dari 8 tangki truk yang didatangkan.

Ada yang membawa ember, jeriken, hingga gentong. Media-media penampung air itu pun setelah penuh mereka gendong satu per satu menuju rumah.

"Saya mandi dua hari sekali mas. Dapat air dari belik namun hanya sedikit sehingga ngirit penggunaannya. Alhamdulilah ini dapat bantuan air. Semoga sering dapat bantuan air. Mau angkut air saja sudah kesusahan karena usia," tutur Mbah Sapiyah (65), warga Dusun Sanggrak.

Kemarau berkepanjangan hingga krisis air juga menjadi derita yang tak berkesudahan bagi keluarga kecil Susilo (43), warga Dusun Sanggrak.

Baca juga: Bencana Kekeringan di Ponorogo, Dua Kecamatan Krisis Air Bersih

 

Pasokan air yang ia ambil dari belik di sungai yang tak jauh dari rumahnya juga tak mencukupi untuk keperluan sehari-hari.

"Jadi kami mandi dua hari sekali. Kalau untuk anak-anak diusahakan mandi sehari sekali karena harus sekolah," kata petani dua anak ini.

Perangkat Desa Jambangan, Padang Triyatno, menyampaikan, beberapa kilometer dari desanya tepatnya di tengah kawasan hutan ditemukan sendang yang sumber airnya melimpah.

Hanya, pihak desa masih mengupayakan realisasi saluran pipa untuk didistribusikan ke permukiman warga.

"Masih proses, kalau bisa dikerjasamakan dengan pemerintah. Sumber air melimpah dari sendang. Selama ini kalau kemarau ambil air dari belik, kalau ke sendang sangat jauh," kata Padang.

Baca juga: Krisis Air Bersih Berpotensi Terjadi di 6 Kecamatan di Jombang

Air mahal karena jalan rusak

Asisten Perhutani BKPH Kuncen KPH Gundih, Joko Prayitno, mengatakan, Dusun Sanggrak yang masih sewilayah dengan BKPH Kuncen adalah salah satu permukiman warga yang mengalami krisis air terparah dan terlama. 

Menurut dia, selama ini warga kesusahan untuk membeli air bersih dari kota lantaran harganya menjadi mahal akibat akses jalan yang rusak.

Harga air bersih untuk satu tangki truk yang semula Rp 125 ribu melonjak naik menjadi Rp 500 ribu.

"Permasalahannya jalan rusak dan jauh sehingga harga air bersih menjadi mahal. Semoga bantuan ini bisa sedikit membantu dan mendorong berbagai pihak untuk ikut membantu drop air," kata Joko.

Baca juga: 37 Desa di Wonogiri Krisis Air Bersih, Warga Terpaksa Jual Ternak untuk Beli Air

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com