Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menelisik Jejak Kerajaan Sriwijaya, Disebut Fiktif hingga Bukti Prasasti Kota Kapur

Kompas.com - 29/08/2019, 12:04 WIB
Rachmawati

Editor

Seorang ahli epigrafi bangsa Belanda bernama H Kerm akhirnya membahas temuan itu.

Awalnya Sriwijaya sempat diduga sebagai nama seorang raja. Namun, setelah ditemukan Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, diketahui Sriwjaya adalah nama kerajaan yang berdiri pada abad ke-7.

Prasasti lain yang menyangkut Kerajaan Sriwijaya juga ditemukan, baik dalam keadaan utuh maupun pecahan.

Selain itu, beberapa arkeolog dari luar negeri juga menbahas tentang Kerajaan Sriwijaya.

Salah satunya adalah penulis asal Jepang Takashi Suzuki yang telah dua kali menerbitkan buku tentang Kerajaan Sriwijaya.

Buku pertama yang terbit pada 2012 berjudul The History of Srivijaya Under the Tributary Trade System of China dan buku kedua berjudul The History of Srivijaya Angkor and Champa yang terbit pada 2019.

Baca juga: Begini Penjelasan Arkeolog Soal Kerajaan Sriwijaya yang Disebut Fiktif oleh Ridwan Saidi

Retno mengatakan pada 2014 saat seminar soal Kerajaan Sriwijaya, arkelog dari India, Inggris, Jepang, dan Singapura juga sempat berdatangan ke Palembang.

“Dan bahkan sampai sekarang ibu kota Sriwijaya jadi rebutan, ada yang bilang di Palembang, Jambi, Pekanbaru, Medan, Malaysia, bahkan Thailand. Kalau fiktif, kenapa sampai direbutkan begitu?” ujarnya.

Sementara itu, sejarawan Pangkalpinang, Akmad Elvian, mengatakan, prasasti di Kota Kapur Bangka, Kepulauan Bangka Belitung, yang berangka 608 Saka atau 686 Masehi adalah salah satu bukti kuat tentang keberadaan dan nama kedatuan Sriwijaya.

Sebelum prasasti ditemukan pada 1892 oleh JK Meulen, para ahli sejarah menyebut kedatuan besar yang menguasai Nusantara dan seluruh Asia Tenggara dengan sebutan Shih-li-fo-shih atau Fo-shih berdasarkan berita perjalanan musafir I-Tsing.

"Beberapa ahli sejarah menganggap kata 'Sriwijaya' adalah nama seorang raja karena kebiasaan raja-raja di Nusantara menggunakan kata Sri di depan Abhiseka atau gelar yang berarti mulia," kata Elvian.

Baca juga: Fakta Viral Pernyataan Ridwan Saidi, Sebut Kerajaan Sriwijaya Fiktif hingga Dibantah Ahli

Kekaburan historisitas Sriwijaya menemukan titik terang karena adanya sumber berbahasa Melayu kuno dengan huruf Pallawa pada baris ke-2, baris ke-4, dan baris ke-10 prasasti Kota Kapur Bangka.

Pada baris ke-2 Prasasti Kota Kapur tercantum kalimat "....manraksa yam kadatuan Criwijaya kita..." yang berarti Kedatuan Sriwijaya (Kerajaan Sriwijaya).

Selanjutnya pada baris ke-4 tercantum tulisan ".... Ya mulam datu Criwijaya..." yang berarti Datu Sriwijaya atau Raja Sriwijaya. Selanjutnya pada baris ke-10 tercantum tulisan "....yam mala Criwijaya kaliwat..." yang berarti bala Sriwijaya atau tentara Sriwijaya.

Keberadaan prasasti Kota Kapur Bangka mempertegas bahwa nama kerajaan yang berkuasa hampir di seluruh wilayah Nusantara dan Asia Tenggara pada abad 7 sampai abad 13 Masehi adalah kerajaan atau kedatuan Sriwijaya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com