Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menelisik Jejak Kerajaan Sriwijaya, Disebut Fiktif hingga Bukti Prasasti Kota Kapur

Kompas.com - 29/08/2019, 12:04 WIB
Rachmawati

Editor

Kusnaini, seorang warga, mengatakan, suaminya menemukan banyak harta karun. Salah satunya cincin emas yang memiliki kadar 9,58 gram dengan berat 5,7 ons.

Selain itu, Kusnaini juga menyimpan serbuk emas yang dia bungkus dengan plastik obat, keramik China yang diduga berasal dari Dinasti Tang, anting-anting, mangkuk perunggu, manik-manik, dan gerabah.

Baca juga: Konsep Mendesa di Ibu Kota Kerajaan Sriwijaya

Kabid Kebudayaan Dinas Pariwisata OKI Nila Maryati mengatakan, temuan benda peninggalan Kerajaan Sriwijaya di Teluk Cengal, Kecamatan Cengal, Kabupaten OKI, menjadi perhatian pemerintah daerah.

"Kesulitan bagi OKI ialah di OKI tidak ada tenaga ahli dalam penemuan benda lama sehingga harus menunggu hasil laporan dari pihak BPCB," ujarnya.

Dia menyebutkan, di wilayah pesisir pantai timur OKI, memang banyak laporan tentang penemuan benda yang tertanam di bawah tanah dan di atas lahan gambut.

"Warga desa menemukan barang-barang itu ketika lahan gambut terbakar dan warga hendak melakukan penanaman padi ala sonor," ujar Nila.

Baca juga: Viral Ridwan Saidi Sebut Sriwijaya Fiktif, Akan Dipolisikan hingga Dianggap Cari Sensasi

 

Pencarian ibu kota dan Prasasti Kota Kapur

Catatan China di awal abad ke-13 berjudul Chu-Fan-Chi (Catatan tentang Negeri-negeri Barbar/Asing) yang ditulis oleh Chau-Ju-kua mengonfirmasi ibu kota Kerajaan Sriwijaya.

“Para penduduk Sanfo-tsi (Sriwijaya—red) tinggal secara tersebar di luar kota atau di atas air, dengan rakit-rakit yang dilapisi dengan alang-alang,” tulis Chau-Ju-kua.

Hal tersebut menjawab pertanyaan yang kerap dilontarkan terkait ibu kota Sriwijaya.

Dilansir dari Kompas.com, 17 September 2013, Nurhadi, yang saat itu menjabat sebagai Kepala Balai Arkeologi Pelambang, mengatakan, permukiman Sriwijaya dibuat dengan konsep mendesa.

“Rumah-rumah dibangun dengan bahan kayu dan bambu berupa rumah panggung atau rumah terapung,” lanjutnya.

Baca juga: Sejarawan Bantah Ridwan Saidi Jika Kerajaan Sriwijaya Fiktif: Prasasti Kota Kapur Bukti Nyatanya

Hal tersebut karena lokasi permukiman berada di tepian Sungai Musi yang terkadang meluap.

Menurutnya, dataran di wilayah Palembang pada masa silam banyak berupa rawa. Hanya bangunan keagamaan yang dibangun oleh Sriwijaya dengan bahan bata merah mengingat lokasinya di tempat tinggi.

Sementara itu, peneliti dari Balai Arkeologi Sumatera Selatan (Sumsel) Retno Purwati mengatakan Kerajaan Sriwijaya pertama kali ditemukan oleh sejarawan asal Perancis George Coedes pada 1918 setelah ditemukannya Prasasti Kota Kapur.

Prasasti Kota Kapur yang ditemukan di Desa Kota Kapur, Kabupaten Bangka, Kepulauan Bangka Belitung, berisi kalimat-kalimat ancaman berupa sumpah dan kutukan terhadap pihak yang tidak tunduk pada penguasa kala itu.

Baca juga: Kisah Sumpah dan Kutuk Bagi Pemberontak Kerajaan Sriwijaya

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com