Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Lansia yang Jadi Penyemangat di Panti Jompo hingga Mengagumi Sosok Risma

Kompas.com - 20/08/2019, 11:08 WIB
Ghinan Salman,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

Sebagai contoh, sebelum makan, anak-anak PAUD itu dipandu oleh Yuli untuk berdoa terlebih dahulu. Kemudian, Yuli dengan semangat juga mengajari anak-anak itu mewarnai.

Kesukaan Yuli pada anak kecil membuat ia dengan sukarela memberikan bentuk perhatian kepada anak-anak tersebut.

"Dari segi itu kita tahu bahwa anak-anak memang perlu diperhatikan dengan betul. Kasihan kalau besok-besok tidak tahu apa-apa. Karena ada tipe orang, 'ah, sudah biarkan  main-main sendiri'. Saya bilang jangan seperti itu, kasihan. Kita orang tua, harus merasa bertanggung jawab," kata dia.

Selama membantu membimbing anak-anak PAUD hingga memberdayakan sesama lansia di Posyandu Lansia, Yuli pun sempat dibukakan rekening bank.

Meski begitu, ia tidak punya niat mendapat bayaran apa pun. Kegiatan yang ia lakukan selama di PAUD dan Posyandu Lansia datang atas rasa kepedulian dengan sesama.

"Kita juga tidak meminta dana, justru kalau bisa kita itu produktif dan kita masih mampu membuatkan sabun cuci tangan, bros, dan lain-lain," tutur Yuli.

Selama di panti jompo itu, Yuli juga cukup aktif membantu sesama lansia lainnya dengan menyiapkan makanan, lantaran jumlah petugas di Griya Werdha terbatas.

Ia pun dengan sigap menyiapkan makanan agar para lansia lainnya tetap bisa makan tepat waktu dan tidak sampai terlambat makan.

Kepedulian untuk sesama lansia

Hal yang mendorong Yuli tetap memiliki semangat hidup dilatarbelakangi ketika dirinya melihat banyak lansia yang cenderung tertutup dan tidak tahu apa yang harus dikerjakan.

Terkadang ada lansia yang ingin mengerjakan sesuatu, namun tidak tahu harus memulai dari mana. Bahkan, ada lansia yang suka melamun dan tidak memiliki gairah hidup sampai kesurupan.

"Banyak yang merasa hidup tertekan. Tapi dari sini lah saya selalu memberikan semangat dan gairah pada orang-orang yang seperti itu. Misalkan ketika tidak pernah dijenguk keluarga atau jarang dijenguk, langsung down. Tapi selalu saya beri semangat terus," ucap Yuli.

Ia mengaku tidak selalu mengobrol dengan setiap orang. Tetapi, saat melihat lansia lain dirundung masalah, ia langsung memberikannya semangat.

Menurut dia, ada beberapa orang yang sering merasa diri sudah tidak dianggap lagi lantaran tak pernah dijenguk sama sekali oleh keluarganya.

Yuli memahami dan ikut merasakan hal itu. Sebab, kesedihan yang dialami para lansia itu juga ia alami. Namun, ia berusaha menghilangkan perasaan sedih itu dengan kegiatan-kegiatan positif.

"Tapi terkadang orangnya, mbah-mbah itu tidak mau ikut seperti itu (berkegiatan). Memang membangunkan semangat dan gairah agar kita tidak selalu merasa terpuruk dan sendiri itu susah," kata dia.

Terbiasa mandiri

Alasan lain yang membuat Yuli tetap semangat adalah ia terbiasa hidup sendiri. Meski pada usianya yang sudah menginjak hampir kepala tujuh itu, ia belum pernah menikah.

Ia pun merasa hidup seorang diri telah menjadi kebiasaan. Yang ia pikirkan hanya bekerja, bekerja, dan bekerja, sehingga ia mendapatkan apa yang ia mau, termasuk semangat hidup.

Sebelum berada di UPTD Griya Werdha, ia pernah dititipkan oleh saudara dan keponakannya yang berada di Sidoarjo, di salah satu panti jompo di Malang, Jawa Timur.

Namun, karena rasa sungkan, ia akhirnya pindah ke Griya Werdha pada tahun 2016 lalu. Sebab, keponakannya sampai harus urunan setiap bulan, untuk membayar uang bulanan senilai Rp 2 juta ke pihak panti jompo di Malang tersebut.

Bahkan, keluarga dan saudaranya saat ini tidak tahu keberadaan dirinya sampai sekarang. Itu sebabnya, ia tidak pernah dijenguk sanak keluarga selama berada di Griya Werdha.

"Saya orangnya tidak mau nggandoli, enggak mau merepotkan orang lain," tutur Yuli.

Kagumi sosok Risma

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com