Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bersama Didi Kempot, Patah Hati Layak Dijogeti

Kompas.com - 02/08/2019, 06:31 WIB
Rachmawati

Penulis

Selama ini, menurut Jarkiyo, banyak anak-anak muda yang suka musik campursari tapi masih malu-malu mengekspresikannya karena selama ini musik di Indoenesia masih sangat Jakarta sentris.

"Kita ini Jakarta sentris. Padahal banyak musisi daerah seperti Didi Kempot, musisi luar biasa. Kenapa tidak didukung. Walaupun beliau sudah terkenal tapi tidak ada salahnya kita angkat lagi terutama di kalangan anak muda," jelasnya.

Baca juga: Layang Kangen Milik Didi Kempot Memang Memesona

 

Fenomena kembalinya Didi Kempot

Tundjung W Sutirto, budayawan Solo mengatakan bahwa fenomena kembalinya Didi Kempot muncul karena masyarakat khususnya anak muda sedang dilanda kebosanan baik di bidang musik atau pun di situasi yang saat ini terjadi di indonesia.

"Ini hal yang biasa. Domain budaya pop. Ciri-cirinya cepat datang, cepat dinikmati, dan cepat hilang. Ini yang terjadi pada fenomena kembalinya Didi Kempot," jelas Tundjung saat dihubungi Kompas.com. Kamis (21/7/2019).

Ia mengatakan hal tersebut tidak lepas dari kekuatan media sosial yang banyak digunakan oleh anak-anak muda. Apalagi Didi Kempot mulai aktif di media sosial Twitter dan Instagram untuk berinteraksi langsung dengan penggemarnya.

"Mas Didi baru buat Twiter beberapa bulan ini. Nah media sosial ini memiliki kekuatan branding," kata staf pengajar Fakultas Ilmu Budaya Univeritas Sebelas Maret tersebut.

Baca juga: Dijuluki Godfather of Broken Heart, Didi Kempot: Pintar-pintarnya Anak Muda

Selain itu dia mengatakan, walaupun penyanyi campursari, instrumen dan genre musik yang dibawakan oleh Didi Kempot sangat mudah digubah ke genre musik lain seperti reggae, dangdut, pop, bahkan keroncong.

Hal tersebut juga didukung dengan lirik-lirik lagu yang dibawakan Didi Kempot konsisten dengan tema kesedihan, rindu, patah hati, risau, dan rasa kecewa.

"Setiap orang pasti pernah mengalami perasaan yang di ceritakan di lagu Didi Kempot. Konsisten. Seperti cidro, banyu langit, kalung emas, suket teki, stasiun balapan, layang kangen, dan banyak lagu lainnya," katanya.

Tundjung mengatakan bisa jadi lagu-lagu yang bertemakan kesedihan yang dibawakan Didi Kempot mewakili perasaan anak-anak muda saat ini.

"Tapi kembali lagi ke awal bahwa musik yang dibawakan Didi Kempot bisa digubah ke genre musik lain," katanya.

Baca juga: Reaksi Didi Kempot Disandingkan dengan Bruno Mars

 

Sensasi luapan perasaan

Penyanyi campursari, Didi Kempot saat cek sound sebelum acara program Rosi di Kompas TV di Menara Kompas, Jakarta, Kamis (1/8/2019).KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Penyanyi campursari, Didi Kempot saat cek sound sebelum acara program Rosi di Kompas TV di Menara Kompas, Jakarta, Kamis (1/8/2019).
Dikutip dari Kompas.com, 23 Juli 2019, Laelatus Syifa, seorang psikolog dari Universitas Sebelas Maret Solo menuturkan fungsi media sosial yang memviralkan lagu Didi Kempot berperan besar dalam menaikkan trend lama yang sudah berlalu.

Apalagi, lagu-lagu lama dirasa lebih mampu memberikan sensasi luapan perasaan seseorang.

Jika berbicara lagu Didi Kempot yang sarat patah hati dan kesendirian, Syifa menduga lagu-lagu pedih ini mampu menjadi perwakilan perasaan insan muda.

"Kalau dalam ilmu psikologi, seni memang bisa digunakan untuk mengekspresikan emosi. Istilahnya katarsis emosi," imbuh Syifa.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com