Salin Artikel

Bersama Didi Kempot, Patah Hati Layak Dijogeti

Kutipan di akun Instagram @sobatambyar tersebut semacam mantra sakti bagi para sadboys dan sadgirls penggemar penyanyi campursari Didi Kempot.

Bahkan para fans penyanyi asal Kota Solo ini mengikrarkan diri dengan nama Sobat Ambyar, yang diambil dari judul lagu Ambyar yang diciptakan Didi Kempot.

Di setiap acara yang dihadiri oleh Didi Kempot, para Sobat Ambyar datang untuk ikut bernyanyi dan berjoget bersama.

Bahkan ribuan sadboys dan sadgirls menggeruduk acara Harlah ke-21 Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di kantor DPP PKB di Jalan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Selasa malam (23/7/2019).

Saat itu, pria yang mendapat julukan The Godfather of Broken Heart membuka acara dengan melantunkan lagu andalannya Suket Teki.

Penonton pun langsung riang gembira dan bernyanyi bersama dengan komando Didi.

Hal yang sama terjadi saat acara Ngobam (Ngobrol Bareng Musisi) yang diselenggarakan oleh YouTuber Gofar Hilman, Minggu (14/7/2019).

Kompas.com ikut hadir pada acara yang digelar di Wedangan Gulo Klopo, Kartosuro, Jawa Tengah.

Sekitar 1.500 penonton yang didominasi oleh anak muda datang dan ikut menyanyi lagu-lagu Didi Kempot. Tidak sedikit mereka ikut berjoget mengikuti irama campursari yang dibawakan oleh Bapak Patah Hati Nasional tersebut.

Kepada Kompas.com, Iwan Wandri, pemuda usia 25 tahun asal Ponorogo mengaku sudah akrab dengan lagu-lagu karya Didi Kempot karena saat masih anak-anak sering mendengar lagu yang diputar oleh ayahnya.

"Akhirnya sampai sekarang. Saya pikir hanya saya saja anak muda yang suka lagunya Pak De Didi Kempot. Tapi ternyata banyak," katanya sambil tertawa.

Bahkan dia sengaja datang ke Solo untuk melihat Ngobam (Ngobrol Bareng Musisi) bersama Didi Kempot. Iwan mengaku tahu acara tersebut dari media sosial. Dia kemudian mengajak beberapa rekannya sesama sadboy dan sadgirl untuk datang ke acara tersebut.

"Saya sadboys sejati. Kalo ditanya yang paling suka yang judulnya Cidro," katanya.

Hal senada juga dikatakan Jarkiyo, pencetus Sobat Ambyar. Ditemui Kompas.com, Minggu (14/7/2019), ia mengaku sangat akrab dengan lagu-lagu Didi Kempot sejak masih anak-anak.

Selama ini, menurut Jarkiyo, banyak anak-anak muda yang suka musik campursari tapi masih malu-malu mengekspresikannya karena selama ini musik di Indoenesia masih sangat Jakarta sentris.

"Kita ini Jakarta sentris. Padahal banyak musisi daerah seperti Didi Kempot, musisi luar biasa. Kenapa tidak didukung. Walaupun beliau sudah terkenal tapi tidak ada salahnya kita angkat lagi terutama di kalangan anak muda," jelasnya.

"Ini hal yang biasa. Domain budaya pop. Ciri-cirinya cepat datang, cepat dinikmati, dan cepat hilang. Ini yang terjadi pada fenomena kembalinya Didi Kempot," jelas Tundjung saat dihubungi Kompas.com. Kamis (21/7/2019).

Ia mengatakan hal tersebut tidak lepas dari kekuatan media sosial yang banyak digunakan oleh anak-anak muda. Apalagi Didi Kempot mulai aktif di media sosial Twitter dan Instagram untuk berinteraksi langsung dengan penggemarnya.

"Mas Didi baru buat Twiter beberapa bulan ini. Nah media sosial ini memiliki kekuatan branding," kata staf pengajar Fakultas Ilmu Budaya Univeritas Sebelas Maret tersebut.

Selain itu dia mengatakan, walaupun penyanyi campursari, instrumen dan genre musik yang dibawakan oleh Didi Kempot sangat mudah digubah ke genre musik lain seperti reggae, dangdut, pop, bahkan keroncong.

Hal tersebut juga didukung dengan lirik-lirik lagu yang dibawakan Didi Kempot konsisten dengan tema kesedihan, rindu, patah hati, risau, dan rasa kecewa.

"Setiap orang pasti pernah mengalami perasaan yang di ceritakan di lagu Didi Kempot. Konsisten. Seperti cidro, banyu langit, kalung emas, suket teki, stasiun balapan, layang kangen, dan banyak lagu lainnya," katanya.

Tundjung mengatakan bisa jadi lagu-lagu yang bertemakan kesedihan yang dibawakan Didi Kempot mewakili perasaan anak-anak muda saat ini.

"Tapi kembali lagi ke awal bahwa musik yang dibawakan Didi Kempot bisa digubah ke genre musik lain," katanya.

Apalagi, lagu-lagu lama dirasa lebih mampu memberikan sensasi luapan perasaan seseorang.

Jika berbicara lagu Didi Kempot yang sarat patah hati dan kesendirian, Syifa menduga lagu-lagu pedih ini mampu menjadi perwakilan perasaan insan muda.

"Kalau dalam ilmu psikologi, seni memang bisa digunakan untuk mengekspresikan emosi. Istilahnya katarsis emosi," imbuh Syifa.

Meski banyak para milenial mulai menggemari Didi Kempot dan lagu-lagunya, Syifa menilai mereka bukan penggemar musiman yang hanya bertahan dalam waktu singkat dan ikut-ikutan trend.

"Bisa jadi memang karena viral, kemudian anak-anak muda menemukan sensasi unik dari karya-karya Didi Kempot. Bisa dikatakan, ini rasa lama yang fresh kembali di antara lagu-lagu patah hati yang itu-itu saja," ujar Syifa.

Sementara itu Didi Kempot mengatakan bahwa salah satu penghargaan terbesar yang dia terima adalah saat lagu-lagunya diterima, dikenal, dan dihapal oleh anak-anak muda. Termasuk antusias penonton saat melihat konsernya.

Saat ini salah satu harapan yang belum tercapai oleh Didi Kempot adalah lagu ciptaannya bisa diterima secara nasional seperti lagu Gebyar-gebyar milik almarhum Gombloh.

“Tapi semua ini saya dedikasikan kepada seniman-seniman pendahulu saya,” katanya. Terkait julukan Bapak Patah Hati Nasional, Didi Kempot menanggapinya dengan santai.

“Tidak apa-apa. Tidak ada masalah. Saya suka dan maturnuwun,” jelasnya.

Sumber : KOMPAS.com (Tri Susanto Setiawan, Gloria Setyvani Putri, Rachmawati)

https://regional.kompas.com/read/2019/08/02/06310071/bersama-didi-kempot-patah-hati-layak-dijogeti

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke