Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pengungsi Nduga Papua, Tak Punya apa-apa dan Ingin TNI Ditarik Agar Bisa Kembali ke Desa

Kompas.com - 02/08/2019, 05:50 WIB
Rachmawati

Editor

Hal ini, menurutnya, tak lepas dari trauma pengungsi atas keberadaan militer yang melakukan pengejaran terhadap kelompok bersenjata pimpinan Egianus Kogoya.

Selain itu, kepercayaan adat mereka bahwa mereka tidak bisa menerima bantuan dari 'pihak musuh'.

"Budaya orang di sini kalau baku perang dengan musuh itu kita tidak bisa ambil, secara adat itu susah. Nanti mereka akan sakit dan mati semua."

Koordinator Sinode Gereja Jaya Wijaya, Pendeta Esmond Walilo, menjelaskan para pangungsi yang sudah dijanjikan untuk penyaluran bantuan sosial telah menunggu sejak pagi hingga sore hari di area gereja Weneroma.

Baca juga: Jumlah Pengungsi Konflik di Nduga Capai 8.000 Jiwa

Pengungsi marah ketika mendapati Kementerian Sosial melakukan rapat koordinasi di Kodim Jayawijaya sehingga muncul tudingan adanya pelibatan militer dalam penyaluran bantuan.

Namun, keterlibatan militer dalam pendistibusian bantuan, ditepis oleh Komandan Kodim 1702/Jayawijaya Letkol Inf Chandra Dianto.

Dia menyebut, pengerahan militer di Nduga adalah untuk pengamanan pembangunan proyek jalan Trans Papua dari gangguan kelompok bersenjata.

"Tentunya, terjadi eskalasi atau terjadi kontak tembak itu adalah salah satu tugas dalam rangka mengamankan pekerja."

"Terjadinya kontak tembak itu karena munculnya gangguan-gangguan. Sehingga untuk mengurangi bantuan, mau tidak mau tugas TNI adalah untuk mengamankan, sehingga kontak tembak tidak bisa dihindarkan," tutur Chandra.

Pengerahan pasukan gabungan TNI/Polri ke Kabupaten Nduga dilakukan sejak insiden penembakan yang menewaskan belasan pekerja konstruksi jalan Trans Papua Desember lalu. Sejak saat itu, eskalasi kontak senjata terus meningkat dan gelombang pengungsi melarikan diri dari Nduga.

Baca juga: Fakta di Balik Kontak Senjata Pasukan TNI di Nduga, Sita Ratusan Amunisi hingga Kelompok Separatis Terluka

Data kematian berdasarkan karakterdok BBC Indonesia Data kematian berdasarkan karakter

Sementara itu, Kepala Sub Direktorat Bencana Ekonomi dari Kementerian Sosia, Victor Siahaan, menyadari kelemahan pihak kementerian yang tidak memahami dengan baik kondisi di lapangan yang masih kental dengan kearifan lokal.

Ke depan, Kementerian Sosial berkoordinasi dengan dinas sosial Nduga yang ada di Wamena untuk pendistribusian bantuan.

"Mereka ada liaison officer, petugas penghubungnya di sini. Dan hasil dari konsultasi dengan beliau diminta kita cooling down dulu selama dua minggu untuk selanjutnya mereka sendiri yang akan mendistribusikannya," ujarnya.

Baca juga: OPM Terus Berulah di Nduga Papua, Siapa yang Pasok Senjata?

Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial, Harry Hikmat, mengatakan bantuan yang dikirimkan itu meliputi perlengkapan keluarga sebanyak 1.350 paket, perlengkapan sekolah sebanyak 370 paket. Ada pula perlengkapan ibadah dan perlengkapan kesenian dan olah raga sebanyak 150 paket.

Kini, ratusan paket bantuan mulai dari bahan makanan, perlengkapan sekolah dan kebutuhan sehari-hari itu, kini teronggok di gudang logistik Dinas Sosial Nduga di Wamena.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com