Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harapan Sang Taruna yang Berujung Maut di Sekolah Impian

Kompas.com - 23/07/2019, 07:00 WIB
Aji YK Putra,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

Awalnya, WJ diantarkan orangtuanya ke sekolah SMA Semi Militer Plus Taruna Indonesia, untuk mengikuti kegiatan orientasi yang berlangsung selama enam hari.

Menempuh pendidikan di sekolah militer memang diimpikan oleh WJ, karena ia ingin menjadi seorang Prajurit TNI setelah lulus sekolah.

"Dia ingin menjadi seorang TNI, sehingga masuk ke sekolah itu,"kata Firli.

Selama menjalani masa orientasi, WJ tak diperkenankan menggunakan alat komunikasi apapun. Sehingga, baik korban maupun orangtua tak bisa berkomunikasi tanpa seizin pihak dari sekolah.

Namun, hari terakhir orientasi, Nuraina (41) ibu dari WJ mendapatkan telepon dari pihak sekolah yang mengatakan bahwa putranya tersebut menderita demam tinggi. Padahal, saat diantarkan ke sekolah, WJ tak sedikitpun mengalami sakit atau memiliki riwayat sakit keras.

Nuraina bersama suaminya Suwito (43) yang merupakan Ayah korban langsung menuju ke tempat korban di rawat. WJ saat itu masih dalam kondisi sadar dan langsung dibawa ke rumah sakit.

Pihak rumah sakit kemudian mengambil tindakan melakukan operasi di bagian usus. Sebab, saat itu kondisi perut WJ terbelit karena diduga mengalami kekerasan.

Baca juga: 4 Fakta Baru Pembina SMA Taruna Aniaya Siswa Saat Orientasi, Pelaku Baru Tamat S1 Psikologi hingga Kompetensi yang Dipertanyakan

Pembina baru dan tidak berkompeten

Obby Frisman Artaku yang diduga pelaku penganiayaan ternyata baru saja menyelesaikan jenjang pendidikan strata 1 tahun ini. Obby kuliah di salah satu universitas swasta kawasan Plaju, Palembang dan mengambil jurusan psikologi.

Usai lulus, Obby pun mencoba peruntungan dengan mencoba melamar menjadi pembina di Sekolah SMA Semi Militer Plus Taruna Indonesia.

“Saya lihat ada lowongan untuk jurusan Psikologi di sekolah itu, jadi saya masukan lamaran beberapa bulan sebelumnya, ternyata dipanggil,”kata Obby di Polresta Palembang, Selasa (16/7/2019).

Setelah dipanggil, Obby diminta untuk bekerja sebagai pembina siswa ajaran baru.

Belum sampai satu bulan bekerja, karier Obby terhenti setelah salah seorang siswanya yakni DBJ (14) tewas saat mengikuti proses orientasi.

Menurut Obby, saat  DBJ mengeluhkan sakit, ia sempat memberikan pertolongan kepada korban.

“Dia terduduk kesakitan langsung saya bantu, tapi waktu itu sudah tidak sadarkan diri. Saya kebingungan,” ujarnya.

DBJ pun lalu dibawa ke halaman sekolah untuk diberikan pertolongan pertama. Namun, kondisi korban ternyata terus menurun hingga akhirnya meninggal sebelum tiba di rumah sakit.

“Saya dapat kabar dia meninggal juga sudah bingung mau ngapain lagi. Saya benar-benar panik. Saya menyesal,” jelasnya.

Obby pun tak menyangkal jika telah melakukan tindakan kekerasan kepada korban pada malam saat orientasi di belakang sekolah.

Namun, saat itu ia mengaku hanya sebatas memukul korban di bagian pipi.

Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan mendapatkan fakta baru dalam kasus orientasi maut yang menyebabkan seorang siswa SMA Semi Militer Plus Taruna Indonesia tewas.

Obby tak memiliki kompetensi khusus sebagai pelatih fisik dalam rangkaian kegiatan orientasi siswa.

Kepala Dinas Pendidikan Sumatera Selatan Widodo mengatakan, hasil keterangan yang mereka dapat, Obby ternyata adalah guru Bimbingan dan Konseling (BK) di SMA Semi Militer Plus Taruna Indonesia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com