Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kembalikan 5 Orangutan ke Alam Liar, Petugas Tempuh Perjalanan Selama 2 Hari

Kompas.com - 01/07/2019, 05:45 WIB
Hendra Cipta,
Rachmawati

Tim Redaksi

PONTIANAK, KOMPAS.com – Buijing, orangutan jantan dan empat orangutan betina yang bernama Kibo, Japik, Manis, dan Santi harus menempuh perjalanan selama dua hari untuk kembali ke habitat asalnya.

Selama perjalanan menuju Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR), lima orangutan tersebut dibawa oleh sejumlah petugas. Tim selalu memperhatikan kondisi lima orangutan yang dibawa agar tidak stres di dalam kandang karena jarak yang ditempuh yang sangat jauh.

Untuk mencapai kantor seksi Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) di Nanga Pinoh, tim membutuhkan waktu sekitar 17 jam dari Pusat Rehabilitasi IAR di Ketapang.

Mereka juga harus bermalam sebelum melanjutkan perjalanan ke titik pelepasan.

Baca juga: Perjalanan Panjang Bujing, Orangutan Asal Kalimantan Kembali ke Alam Liar

Salah satu titik pelepasan terdekat adalah Dusun Mengkilau yang berada di kawasan TNBBBR. Untuk menuju Dusung Mengkilau, dibutuhkan waktu sekitar lima jam menggunakan mobil dari Nanga Pinoh.

Sesampainya di Dusun Mengkilau, perjalanan diteruskan dengan menggunakan perahu motor selama satu jam menuju Teluk Ribas, yaitu tempat survei dan monitoring yang didirikan oleh IAR Indonesia.

Di Teluk Ribas, lima orangutan ditempatkan di kandang habituasi terlebih dahulu, untuk beristirahat setelah menempuh perjalanan jauh. Selain itu, kandang habituasi tersebut juga berfungsi untuk menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan yang baru.

Jumat (28/6/2019), tim kembali melakukan perjalanan menuju titik pelepasan yang berjarak sekitar 1 jam perjalanan dengan berjalan kaki.

Baca juga: Aparat Gabungan Ungkap Kasus Penyelundupan 7 Satwa Dilindungi ke Malaysia, 3 Diantaranya Orangutan

Menurut Karmele, kegiatan pelepasliaran kali ini sangat menarik karena untuk pertama kalinya IAR Indonesia  melibatkan kaum perempuan dari dusun setempat untuk menjadi porter yang mengangkut logistik dan perlengkapan para peserta tim pelepasliaran.

Para perempuan setempat memasukkan kebutuhan tim ke dalam keranjang tradisional dari bahan rotan yang dalam Bahasa Dayak Ransa disebut tengkalak.

Para porter perempuan ini bergabung bersama para porter pria yang membawa lima kandang berisi orangutan yang masing-masing memiliki berat antara 100 hingga 150 kg.

Keterlibatan masyarakat setempat menjadi pengembangan yang terus dilakukan IAR Indonesia dalam program-programnya.

Dengan melibatkan kaum perempuan, IAR Indonesia berupaya untuk membantu ekonomi masyarakat.

Baca juga: Selama 100 Tahun, Jumlah Orangutan Sumatera Turun 10 Kali Lipat

Karmele mengatakan jika perempuan adalah sosok yang berperan penting dalam mengatur perekonomian rumah tangga sehingga perlu dilibatkan dalam kegiatan konservasi.

Memberdayakan perempuan, menurutnya adalah salah satu cara paling efektif untuk menyelamatkan hutan.

Ia  juga menjelaskan kegiatan pelepasliaran ini tidak hanya fokus pada penyelamatan orangutan tetapi juga bertujuan untuk membantu masyarakat sekitar.

Para masyarakat yang terlibat akan mendapatkan penghasilan tambahan. Selain itu mereka akan membantu melestarikan hutan dan tidak melakukan pembalakan liar.

"Oleh karena itu kami percaya bahwa peran perempuan dalam konservasi sangat penting dan mata pencaharian alternatif yang mencakup perempuan harus dipromosikan,” ujar Karmele.

Pakan Orangutan Melimpah

IAR Indonesia melepasliarkan 5 orangutan di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR), Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat, Jumat (28/6/2019)  Dokumen IAR Indonesia IAR Indonesia melepasliarkan 5 orangutan di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR), Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat, Jumat (28/6/2019)
Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya dipilih menjadi tempat pelepasliaran orangutan karena hutannya yang masih alami dan bagus.

Survei dari tim IAR Indonesia juga menunjukkan jumlah pohon pakan orangutan di hutan tersebut melimpah.

Selain itu, dengan statusnya sebagai kawasan taman nasional akan lebih mampu menjaga orangutan ini dan habitatnya sebagai kawasan konservasi.

Dari kajian yang pernah dilakukan juga oleh tim ahli dari IAR Indonesia, di lokasi TNBBBR resor Mentatai yang menjadi lokasi pelepasliaran, keberadaan orangutan telah punah dalam 20-30 tahun terakhir.

Sejak tahun 2016, IAR Indonesia telah melepaskan 41 orangutan di TNBBBR.

Baca juga: Ketika Orangutan Tapanuli di Batang Toru Makan Durian dan Petai

Karena orangutan yang dilepaskan merupakan orangutan hasil rehabilitasi, IAR Indonesia menerjunkan tim monitoring untuk melakukan pemantauan perilaku dan proses adaptasi orangutan ini di lingkungan barunya.

Tim monitoring yang terdiri dari warga desa penyangga kawasan TNBBBR ini akan mencatat perilaku orangutan setiap dua menit mulai dari orangutan bangun sampai tidur lagi setiap harinya.

Proses pemantauan ini berlangsung selama satu hingga dua tahun untuk memastikan orangutan yang dilepaskan bisa bertahan hidup dan beradaptasi dengan lingkungan barunya.

Ubah Pola Pikir Masyarakat

Sementara itu Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat, Sadtata Noor Adirahmanta mengatakan kegiatan penyelamatan satwa liar, baik translokasi maupun rehabilitasi, memang harus terus dilakukan .

"Dalam hal ini kami memberikan apresiasi sebesar besarnya kepada para mitra atas partisipasi dan kontribusinya," kata Sadtata.

Namun menurutnya ada tugas lebih besar lagi yang harus diupayakan bersama-sama, yakni mengubah pola pikir masyarakat dalam memandang satwa liar.

"Mari kita gencarkan kampanye dan pendidikan konservasi secara masif terutama kepada generasi muda agar ke depan lebih peduli pada konservasi lingkungan dan satwa liar,” ujarnya.

Baca juga: Orangutan Terlepas di Taman Safari, Pengunjung Ketakutan

Sementara itu, Kepala Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR), Agung Nugroho, mengatakan sebagai lokasi pelepasliaran orangutan, kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) harus dijaga agar orangutan yang dilepasliarkan dapat membentuk populasi baru.

"Untuk itu perlu dukungan dari berbagai pihak untuk ikut menjaga kawasan taman nasional sebagai habitat orangutan, karena Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tidak dapat bekerja sendiri,” tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com