Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Orangutan Tapanuli di Batang Toru Makan Durian dan Petai

Kompas.com - 08/05/2019, 15:45 WIB
Dewantoro,
Rachmawati

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Spesies baru di kelompok kera raksasa yaitu Pongo tapanuliensis atau orangutan tapanuli dalam kurun waktu satu abad terakhir mendiami kawasan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.

Berdasarkan penelitian selama 15 tahun, teridentifikasi lebih dari 124 jenis pakan yang dikonsumsi orangutan tapanuli dan dua di antara jenis makanan yang disukai adalah durian (Durious ziberthinus) dan petai.

Pongo tapanuliensis atau orangutan tapanuli dinobatkan dua tahun lalu sebagai spesies orangutan ketiga setelah Pongo pygmaeus atau orangutan kalimantan dan Pongo abelii atau orangutan sumatera.

Baca juga: Menelusuri Hutan Batang Toru, Mencari Sosok Orangutan Tapanuli

 

Hal tersebut dikatakan peneliti utama, Balai Litbang LHK Aek Nauli, Wanda Kuswanda kepada Kompas.com, Rabu (8/5/2019).

Ia menjelaskan, dari 124 jenis pakan tersebut, di antaranya yang banyak dikonsumsi orangutan tapanuli adalah gala-gala (Ficus racemosa), medang nangka (Elaeocarpus obtusus), beringin (Ficus benjamina), hoteng (Quercus maingayi), teurep (Artocarpus elasticus), motung (Ficus toxicaria), asam hing (Dracontomelon dao) dan dongdong (Ficus fistulosa).

Sekitar 1,5 bulan yang lalu, Wanda mengaku sempat mengabadikan momen penting saat orangutan tapanuli memakan durian (Durious ziberthinus) milik masyarakat. Buah beraroma khas tersebut merupakan makanan favorit sehingga tidak heran orangutan tapanuli akan turun saat musim durian.

Baca juga: 5 Fakta Penyelundupan Bayi Orangutan oleh WN Rusia di Bali, Dimasukan ke Dalam Koper hingga Dibius dengan CTM

Tidak tanggung, orangutan tapanuli ini bisa mengkonsumsi 20-30 durian dalam sehari.

"Apakah itu durian matang atau masih mentah, tetap dimakannya," katanya.

Orangutan tapanuli menurutnya memiliki cara yang unik untuk mengkonsumsinya. Orangutan tapanuli memiliki cukup kekuatan untuk menarik batangnya untuk melepaskan durian.

"Untuk membukanya, dia menggigitnya dibantu dengan kedua tangannya," katanya.

Namun, tidak semua buah durian dihabiskannya. Orangutan akan membuang sisa durian dengan menjatuhkannya ke tanah.

Selain mengabadikan orangutan tapanuli sedang memakan durian, Wanda juga menyaksikan satwa yang dilindungi tersebut sedang memakan petai.

"Ada juga, saya menemukan ketika mereka memakan petai. Ada dua individu yang sedang memakan petai," katanya.

Baca juga: Orangutan yang Coba Diselundupkan WN Rusia Belum Bisa Dikembalikan ke Tempat Asal

Menurutnya, masyarakat di sekitar hutan Batang Toru sudah memahami perilaku orangutan yang suka mengambil durian di ladangnya.

Masyarakat terkadang mengusir orangutan karena mereka merasa dirugikan secara ekonomi karena tidak bisa memanen buah durian. Masyarakat mengusir orangutan dengan membuat api di bawah pohon, atau memukul-mukul batang pohon agar orangutan tersebut agar pergi.

"Tapi itu juga bisa menjadi konflik antara orangutan dan masyarakat. Karenanya diperlukan mitigasi konflik untuk menghindarinya," katanya.

Baca juga: Orangutan Sitaan di Bandara Ngurah Rai Dititipkan di Bali Safari

 

Selain itu, diperlukan beberapa upaya untuk melestarikannya. Misalnya, dengan membangun koridor satwa serta demplot penanaman pohon pakan. Untuk masyarakat, menurutmya perlu dibangun ekonomi alternatif yang tidak membutuhkan lahan yang luas misalnya ternak lebah madu dan ikan.

"Selama ini ekonomi masyarakat itu kan membutuhkan lahan yang luas. Nah, ke depan diperlukan upaya pengembangan ekonomi alternatif," katanya.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com