Sementara itu, Pemkab Wondama menanggung biaya perjalanan keluarga mantri Patra ke Wondama.
"Informasi tentang sakitnya Mantri Patra berasal dari masyarakat dan diterima kepala Puskesmas Naikere tanggal 18 Juni 2019. Informasi ini menyebutkan yang bersangkutan sakit selama satu minggu, bukan dua minggu," kata Bupati.
Diberitakan sebelumnya, Patra meninggal saat menjalankan tugas di daerah pedalaman Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat.
Baca juga: Bupati Sebut Pemberitaan Kematian Mantri Patra di Papua Tendensius, Ini Fakta Sebenarnya
Bupati Teluk Wondama Bernadus mengatakan, setelah mendapatkan informasi Mantri Patra Marinna Jauhari sakit, pihaknya langsung mengupayakan untuk mendatangkan helikopter ke Kampung Oya, Distrik Naikere, Teluk Wondama untuk menjemut Patra.
Namun, helikopter yang biasa digunakan Pemkab Wondama saat itu tidak bisa digunakan.
"Sayangnya saat itu helikopter yang biasa digunakan Pemkab Wondama tidak bisa digunakan karena sudah terikat kontrak dengan pihak lain," ucap Bupati, dalam siaran resmi yang diterima Kompas.com, Selasa (25/6/2019).
Seperti diketahui, Patra diduga meninggal karena tidak mendapatkan perawatan medis setelah terserang Malaria.
Saat itu, Patra hanya bertahan dengan obat dan makanan seadanya karena bekal untuk tiga bulan selama penugasan telah habis.
Bernadus Imburi menilai, pemberitaan tentang kematian mantri Patra cenderung tendensius dan tidak berimbang.
Imburi bahkan mengatakan, akibat pemberitaan tersebut, membuat citra buruk Pemda Wondama di mata masyarakat.
"Penugasan mantri Patra ke kampung Oya sebagai bagian dari upaya Pemkab Wondama memenuhi pelayanan kesehatan di Kampung Oya, termasuk Kampung Undurara dan Onyora, Distrik Naikere," ungkap Bupati, seperti dikutip dari rilis resmi yang diterima Kompas.com, Selasa (25/6/2019).
Imburi mengatakan, akses ke kampung Oya memang sulit karena harus menghabiskan waktu berjalan kaki 4-5 hari. Salah satu tranportasi yang paling cepat dengan menggunakan helikopter.
Baca juga: Bupati Sebut Pemberitaan Kematian Mantri Patra di Papua Tendensius, Ini Fakta Sebenarnya
Keluarga besar mantri Patra masih berharap agar jenazah bisa dipulangkan dan dikebumikan di kampung halamannya di Lorong 3, Desa Serity, Kecamatan Lamasi Timur, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan.
“Tolong dibantu agar jenazah adik kami bisa dipulangkan ke kampung halaman. Hanya itu kerinduan kami. Bagaimana pun kondisi jenazahnya tolong agar pemerintah mempertimbangkan harapan kami keluarga,” kata Haspaniati, saat dikonfirmasi Kompas.com, Selasa (25/6/2019).
Seperti diketahui, Patra adalah anak bungsu dari enam bersaudara pasangan Amir Pana dan Sunarti Mangolo. Hal tersebut diungkapkan kakak kandung Patra Marinna Jauhari, Haspaniati.
Baca juga: Dimakamkan di Wasior Papua, Keluarga Masih Berharap Jenazah Mantri Patra Dipulangkan ke Luwu
Sumber: KOMPAS.com (Amran Amir, Budy Setiawan)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.