Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Fakta Kematian Mantri Patra di Papua, Bupati Kritik Berita hingga Keluarga Minta Jenazah Dipulangkan

Kompas.com - 26/06/2019, 13:09 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kematian Patra Marinna Jauhari, seorang petugas kesehatan saat bertugas di Teluk Wondama, Papua, menyita perhatian masyarakat.

Salah satunya dari Bupati Teluk Wondama, Bernadus Imburi. Dirinya menyebut pemberitaan tentang kematian mantri Patra sangat tendensius dan menjelekkan Pemerintah Daerah (Pemda) Teluk Wondama.

Namun, Bupati Imburi mengakui, akses ke Kampung Oya memang sulit karena harus menghabiskan waktu berjalan kaki 4-5 hari.

Salah satu tranportasi yang paling cepat adalah dengan menggunakan helikopter.

Sementara itu, pihak keluarga mantri Patra di Luwu masih berharap dapat membawa pulang jenazah Patra, meskipun saat ini telah dimakamkan di Wasior, Papua.

Baca fakta lengkapnya berikut ini:

1. Meninggal karena sakit Malaria

Ilustrasi.SHUTTERSTOCK Ilustrasi.

Mantri Patra meninggal pada Senin (17/6/2019) lalu diduga karena penyakit malaria.

Jenazah baru dievakuasi menggunakan helikopter yang disewa oleh Pemda Nabire ke Wasior pada Sabtu (22/6/2019) atau empat hari setelah meninggal dunia.

Sebelumnya, Patra ketahui jatuh sakit setelah selesai bertugas di Kampung Oya, Teluk Wondama, selama tiga bulan.

Setelah itu, Patra harus bertahan dengan kondisi kehabisan bahan makanan dan obat-obatan.

Helikopter yang seharusnya menjemput dirinya tak kunjung datang hingga Patra meninggal dunia.

Baca juga: Penjemputan Mantri Patra di Pedalaman Papua Terkendala Heli

2. Alasan jenazah mantri Patra dimakamkan di Papua

Proses pemakaman Mantri Patra di Wasior, Papua Barat, Senin (24/6/2019).Facebook/Diyanto Sarira Proses pemakaman Mantri Patra di Wasior, Papua Barat, Senin (24/6/2019).

Melihat kondisi jenazah sudah tidak memungkinkan untuk dikirim ke kampung halamannya, akhirnya Pemkab Wondama berkomunikasi dengan pihak keluarga agar pemakaman dilakukan di Wondama.

Proses pemakaman Patra dilakukan Senin (24/6/2019), diawali dengan pelepasan resmi pemerintah daerah, sekaligus pemberian penghargaan dan kenaikan Anumerta sesuai SK Bupati Teluk Wondama no.681/201//BUP-TW//VI/2019 tanggal 24 Juni 2019.

Sementara itu, Pemkab Wondama menanggung biaya perjalanan keluarga mantri Patra ke Wondama.

"Informasi tentang sakitnya Mantri Patra berasal dari masyarakat dan diterima kepala Puskesmas Naikere tanggal 18 Juni 2019. Informasi ini menyebutkan yang bersangkutan sakit selama satu minggu, bukan dua minggu," kata Bupati.

Diberitakan sebelumnya, Patra meninggal saat menjalankan tugas di daerah pedalaman Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat.

Baca juga: Bupati Sebut Pemberitaan Kematian Mantri Patra di Papua Tendensius, Ini Fakta Sebenarnya

3. Penjelasan Bupati terkait lamanya Patra dijemput dari lokasi penugasan

Foto Almarhum Mantri PatraAntaranews Foto Almarhum Mantri Patra

Bupati Teluk Wondama Bernadus mengatakan, setelah mendapatkan informasi Mantri Patra Marinna Jauhari sakit, pihaknya langsung mengupayakan untuk mendatangkan helikopter ke Kampung Oya, Distrik Naikere, Teluk Wondama untuk menjemut Patra.

Namun, helikopter yang biasa digunakan Pemkab Wondama saat itu tidak bisa digunakan.

"Sayangnya saat itu helikopter yang biasa digunakan Pemkab Wondama tidak bisa digunakan karena sudah terikat kontrak dengan pihak lain," ucap Bupati, dalam siaran resmi yang diterima Kompas.com, Selasa (25/6/2019).

Seperti diketahui, Patra diduga meninggal karena tidak mendapatkan perawatan medis setelah terserang Malaria.

Saat itu, Patra hanya bertahan dengan obat dan makanan seadanya karena bekal untuk tiga bulan selama penugasan telah habis.

Baca juga: 5 Fakta Kematian Mantri Patra di Pedalaman Papua, Tak Kunjung Dapat Bantuan hingga Kehabisan Stok Obat dan Makanan

4. Bupati kritik pemberitaan media terkait kasus mantri Patra

Ilustrasi koran menguning Ilustrasi koran menguning

Bernadus Imburi menilai, pemberitaan tentang kematian mantri Patra cenderung tendensius dan tidak berimbang.

Imburi bahkan mengatakan, akibat pemberitaan tersebut, membuat citra buruk Pemda Wondama di mata masyarakat.

"Penugasan mantri Patra ke kampung Oya sebagai bagian dari upaya Pemkab Wondama memenuhi pelayanan kesehatan di Kampung Oya, termasuk Kampung Undurara dan Onyora, Distrik Naikere," ungkap Bupati, seperti dikutip dari rilis resmi yang diterima Kompas.com, Selasa (25/6/2019).

Imburi mengatakan, akses ke kampung Oya memang sulit karena harus menghabiskan waktu berjalan kaki 4-5 hari. Salah satu tranportasi yang paling cepat dengan menggunakan helikopter.

Baca juga: Bupati Sebut Pemberitaan Kematian Mantri Patra di Papua Tendensius, Ini Fakta Sebenarnya

5. Keluarga Patra harap jenazah dimakamkan di Luwu, Sulsel

Ilustrasi jenazah. Ilustrasi jenazah.

Keluarga besar mantri Patra masih berharap agar jenazah bisa dipulangkan dan dikebumikan di kampung halamannya di Lorong 3, Desa Serity, Kecamatan Lamasi Timur, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan.

“Tolong dibantu agar jenazah adik kami bisa dipulangkan ke kampung halaman. Hanya itu kerinduan kami. Bagaimana pun kondisi jenazahnya tolong agar pemerintah mempertimbangkan harapan kami keluarga,” kata Haspaniati, saat dikonfirmasi Kompas.com, Selasa (25/6/2019).

Seperti diketahui, Patra adalah anak bungsu dari enam bersaudara pasangan Amir Pana dan Sunarti Mangolo. Hal tersebut diungkapkan kakak kandung Patra Marinna Jauhari, Haspaniati.

Baca juga: Dimakamkan di Wasior Papua, Keluarga Masih Berharap Jenazah Mantri Patra Dipulangkan ke Luwu

Sumber: KOMPAS.com (Amran Amir, Budy Setiawan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com