Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Minta Pendakian Gunung Rinjani Jalur Sembalun Hanya Ditutup Saat Jumat Pagi

Kompas.com - 21/06/2019, 15:51 WIB
Fitri Rachmawati,
Rachmawati

Tim Redaksi

MATARAM, KOMPAS.com - Warga pengelola wisata di Gunung Rinjani meminta agar rencana penutupan pendakian Gunung Rinjani melalui jalur Sembalun setiap hari Jumat direvisi.

Antok Capem, Ketua Tracing Organizer di Sembalun pada Kompas.com, Jum'at (21/6/2019) mengatakan atas kesepakatan sebelumnya, jalur pendakian dari Sembalun dibuka pada Jumat siang seperti biasa.

"Atas kesepakatan bersama ditutup setiap Jumat pagi saja, siangnya di buka lagi. Itu beritanya kami minta konfirmasi ke TNGR," kata Antok.

Ia mengatakan, jalur pendakian yang ditutup pada Jumat pagi hanya jalur Sembalun, sedangkan tiga jalur lain seperti, Aik Berik (Lombok Tengah), Senaru (Lombok Utara) dan Timbanuh (Lombok Timur) tetap dibuka seperti biasa.

Baca juga: Pendakian Gunung Rinjani Jalur Sembalun, Ditutup Tiap Hari Jumat

Hal tersebut juga berlaku untuk pendakian di sejumlah bukit di wilayah Sembalun, Lombok Timur, seperti Bukit Pergangsingan, Nanggi, Lenteng Marpar dan Bukit Telaga,

Empat bukit itu telah disiapkan sebagai lokasi pendakian alternatif jika pendakian Gunung Rinjani dirasakan terlalu berat.

"Semua berlaku sama. Dibuka jalur pendakiannya seperti biasa, hanya di hari Jumat pendakian dibuka setelah salat Jumat," kata Antok.

Hal senada juga dikatakan Lalu Muhammad Ramli Ilmar, salah seorang pegiat pariwisata di Lombok. Ia mengatakan penutupan pendakian pada Jumat pagi sudah dipahami oleh para pendaki terutama yang berasal dari mancanegara.

Para pendaki memahami dan menghormati masyarakat lokal yang harus beribadah di hari Jumat.

"Ini akan menjadi warna tersendiri di Indonesia yang mayoritas muslim. Wisatawan asing selain menyukai alam mereka juga respek terhadap keberagaman. Wisata alam dan wisata religi itu bisa saling mengisi. Ini yang membedakan Lombok dengan daerah lainnya, sangat indah," kata Ramli.

Baca juga: TNGR Tolak Pemisahan Tenda Pendaki Laki-laki dan Perempuan di Rinjani

Ia mengatakan bahwa usulan masyarakat yang memiliki nuansa keagamaan dan budaya yang kental harus dihormati, sehingga pariwisata di lombok juga berperan menjaga kebiasaan dan tata cara warga lokal yang selama ini diyakini warga setempat.

"Wisatawan akan menyukai hal hal yang terkait dengan bagaimana warga lokal bisa tetap mempertahankan kebiasaan baik dalam kehidupan mereka," kata Ramli.

Selama ini, masyarakat yang tinggal di kaki Gunung Rinjani selalu menghantar para pendaki dengan doa dan mengingatkan awig-awig atau peraturan adat saat mendaki

Awig-awig yang diyakini masyarakat adalah mendaki dengan jiwa yang bersih dan tak ada niat buruk saat mendaki. Bagi masyarakat, mendaki adalah ritual mendekatkan diri dengan Tuhan dan alam.

Selain itu, saat mendaki juga harus ikut menjaga alam dan lingkungan gunung dengan tidak membuang sampah di kawasan gunung, serta tidak melakukan perbuatan asusila dan membuat kekacauan di kawasan pendakian.

"Ini akan sangat menarik dan memberi warna kuat bagi wisata trakcing di Rinjani. Penghormatan pada alam semesta cukup dengan ketaatan dan rasa menyatu dengan alam. Jadi tanpa harus ada pemisahan laki-laki dan perempuan. Setiap pendaki memiliki tata cara dan etika saat mendaki," kata Ramli yang pernah menjajal empat jalur pendakian menuju Gunung Rinjani.

Baca juga: Pasca-gempa Lombok, Pelaku Wisata Pendakian Gunung Rinjani Mulai Berbenah

Sementara itu, Kepala Balai Taman Nasional Gunjng Rinjani (TNGR) NTB, Sudiyono mengatakan jika penutupan dilakukan hanya di jalur sembalun karena waktu di hari Jumat lebih pendek.

"Itu atas permintaan masyarakat dan tokoh adat. Jalur lain masih buka seperti biasa, seperti jalur Aik Berik, Timbanuh, dan Senaru," kata Sudiyono.

Terkait dengan permintaan warga dan pelaku wisata di Sembalun yang menginginkan jalur Sembalun dibukan Jumat siang, Sudiyono sepakat dan menyerahkan sepenuhnya pada hasil kesepakatan masyarakat dan tokoh adat di Sembalun.

"Kita di TNGR menyerahkan sepenuhnya pada masyarakat, tokoh masyarakat dan tokoh adat. Apa yang disepakati kami akan ikut, tetapi untuk Jumat dan hari hari lainnya kami batasi jadwal pendakian hingga pukul 16.00 Wita, agar pendaki dan wisatawan tidak melakukan pendakian malam hari. Itu riskan," katanya.

Baca juga: Gunung Rinjani Kembali Dibuka untuk Pendaki, 3 Rambu Ini Wajib Dipatuhi

Untuk tiga jalur pendakian lainnya, Sudiyono mengatakan masih belum ada aturan baru. Menurutnya, ia akan melihat perkembangan apakah aturan tersebut akan dipatuhi oleh pendaki yang melalui jalur Sembalun.

"Kita lihat saja perkembangan. Kalau keputusan tersebut bagian dari penghormatan adat dan budaya, aturan serupa di tempat lain juga bisa berlaku. Tapi semua tergantung masyarakat," kata Sudiyono.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com