KOMPAS.com — Taruna tingkat pertama di Akademi Teknik Keselamatan Penerbangan (ATKP), Aldama Putra Pangkolan (19), meninggal dunia setelah dianiaya seniornya pada Minggu (3/2/2019).
Sehari sebelumnya, korban sempat mendapat telepon dari salah satu seniornya. Saat itu seniornya meminta korban untuk pergi ke daerah Antang. Namun, ayah korban melarang anaknya untuk menuruti permintaan tersebut.
Korban meninggal dengan sejumlah luka lebam di tubuhnya setelah dianiaya seniornya. Polisi telah menetapkan satu tersangka, Muhammad Rusdi (21).
Berikut ini fakta lengkapnya:
Pelda Daniel Pongkala, ayah korban, menceritakan, anaknya sempat menerima telepon dari seniornya yang meminta dirinya pergi ke Antang.
“Jadi Sabtu malam waktu anak saya pulang menginap di rumah, dia dapat telepon dari temannya disuruh ngumpul di Antang. Anak saya itu sebut siap senior dan sampai tiga kali terima telepon dari orang yang sama. Anak saya itu juga bilang, tidak bisa datang ke Antang karena saya larang," kata Daniel, yang merupakan anggota TNI AU.
"Sempat saya yang mau bicara sama itu penelepon, tapi dimatikan. Jadi ada tiga kali itu telepon masuk dari seniornya dan anak saya selalu bilang siap salah senior,” tambah Daniel saat ditemui di rumah duka di Kompleks Leo Wattimena AURI, Sultan Hasanuddin, Rabu (6/2/2019).
Sehari sesudahnya, Daniel mendapat kabar bahwa putranya meninggal dunia setelah mengalami penganiayaan dari seniornya.
Baca Juga: Sehari Sebelum Meninggal di Tangan Seniornya, Taruna ATKP Sempat Terima Telepon 3 Kali
Daniel melaporkan ke aparat kepolisian karena menemukan kejanggalan terkait penyebab kematian putranya.
Sebelumnya, pihak kampus ATKP memberitahu Daniel bahwa Aldama meninggal karena terjatuh di kamar mandi. Namun, Daniel melihat ada luka lebam bekas penganiayaan di tubuh putranya.
“Jadi saya dapat kabar, setelah anak saya meninggal. Saya dapat informasi, bahwa saat anak saya kritis setelah dipukuli senior-seniornya. Para pelaku pun panik dan berupaya memberikan bantuan pernapasan dan memberinya minyak kayu putih saat dirawat di poliklinik. Anak saya katanya meninggal saat perjalanan ke RS Sayang Rakyat di samping Tol Revormasi,” kata Daniel.
Seperti diketahui, korban tewas dianiaya seniornya hanya karena ia melanggar tidak mengenakan helm saat mengendarai motor di dalam kampus ATKP, Jalan Salodong, Kelurahan Untia, Kecamatan Biringkanaya, Makassar.
Saat Minggu malam itu, korban baru tiba di kampus setelah izin bermalam luar (IBL) yang dilakukan setiap Sabtu dan Minggu.