Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Bu Elok, 25 Tahun Jadi Petugas Juru Pemantau Jentik Cegah DBD

Kompas.com - 02/02/2019, 10:57 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Elok Prasetyaningsih (56) mengambil air di bak mandi menggunakan gayung, lalu dia dekatkan ke Atriani (51), pemilik salah satu rumah di wilayah kelurahan Kertosari, Jumat (1/2/2019).

"Dilihat ini ya bu, banyak jentik nyamuknya. Secepatnya dikuras, kalau dibiarkan ini bisa jadi nyamuk dan gigit manusia. Bisa sakit nanti, sekarang lagi musim demam berdarah," kata Bu Elok, sapaan akrabnya, sambil menyerahkan bubuk abate kepada pemilik rumah. 

Tak lupa ia berpesan agar pemilik rumah meletakkan bubuk abate di bak kamar mandi jika sudah dikuras.

Baca juga: Dinkes Sulut Tekan Jumlah Penderita DBD di Sulut Jadi 23-24 Kasus Per Hari

Hari itu, Bu Elok dan kedua rekannya dari Puskesmas Kertosari sedang berkeliling ke masyarakat untuk menyosialiasasikan pencegahan penyakit demam berdarah.

Kepada Kompas.com, Bu Elok menjelaskan jika jentik nyamyuk banyak ditemukan di rumah yang penghuninya lansia atau pemilik rumah yang memiliki usaha. 

Pemilik seperti itu biasanya kurang perhatian dengan kamar mandi, terutama jika mereka menggunakan bak mandi semen berukuran besar.

"Tapi ada juga yang menggunakan timba dan ditemukan jentik nyamuknya. Kalau yang lansia memang tidak ada tenaga jadi ya kita kasih abate langsung," jelas Bu Elok.

Sudah hampir 25 tahun, Bu Elok menjadi petugas juru pemantau jentik (jumantik) dan saat ini dia menjadi koordinator Jumatik di Pusksesmas Kertosari, Kecamatan Banyuwangi.

Baca juga: Bayi 7 Bulan dan Anak 14 Tahun Meninggal Dunia akibat DBD di Riau

 

Setiap hari, dia berkeliling di rumah-rumah yang ada di empat kelurahan yang masuk wilayah puskesmas Kertosari.

Biasanya, kegiatan pemeriksaan jentik nyamuk dilakukan selepas melakukan pelayanan di Puskesmas.

Bu Elok juga bekerja sama dengan kader kesehatan dan posyandu untuk menjangkau lebih banyak rumah.

Ke halaman selanjutnya

Pengalaman pernah diusir warga

Bu Elok (jilbab hitam) saat memeriksa jentik nyamuk di salah satu rumah warga di Kertosari, Kecamatan Banyuwangi, Jumat (1/2/2019). KOMPAS.com/IRA RACHMAWATI Bu Elok (jilbab hitam) saat memeriksa jentik nyamuk di salah satu rumah warga di Kertosari, Kecamatan Banyuwangi, Jumat (1/2/2019).
Sebagai koordinator, Bu Elok ditargetkan untuk memeriksa jentik nyamuk di 100 rumah per tiga bulan di setiap kelurahan sehingga total rumah yang harus di periksa di empat kelurahan setiap tahun minimal 1.600 rumah.

Padahal total ada sekitar 7.000 rumah yang masuk kawasan Puskesmas Kertosari.

"Capaian bebas jentik seharusnya 95 persen, tapi setahun terakhir ini 93 persen karena saya jalan sendiri, Koordinator sanitasi yang biasanya jalan bareng sedang sekolah lagi. Kalau keliling ya naik motor sendirian," kata Bu Elok.

Ia bercerita beberapa kali diusir oleh pemilik rumah karena dikira sales bahkan ada juga beberapa pemilik rumah yang menolak diperiksa rumahnya karena Bu Elok dianggap oknum yang sering jual beli abate.

Baca juga: Tanpa Pemberantasan Sarang Nyamuk, Fogging Tak Efektif Cegah DBD

Jika mengalami hal itu, biasanya Bu Elok akan memberikan surat tugas dari puskesmas dan menjelaskan jika dia adalah petugas jumantik dari puskesmas.

"Kalau ada yang ngusir enggak pernah saya masukkan hati. Saya malah senang kalau tugas luar seperti ini banyak ketemu orang, banyak pengalaman. Apalagi kurang beberapa tahun lagi saya pensiun dan semoga nanti siapapun yang menggantikan posisi saya, bisa menikmati pekerjaan ini," katanya.

Kepada Kompas.com, Bu Elok juga mengatakan jika sejak empat tahun terakhir, tidak ada pasien DBD di wilayah Puskesmas Kertosari yang meninggal. Selain itu, dia juga tetap menjalin komunikasi dengan warga yang pernah terkena demam berdarah.

"Rasanya sedih sekali kalau dengar ada pasien demam berdarah yang meninggal dan saya berharap tidak ada korban lagi dengan melakukan hal-hal sederhana seperti menguras kamar mandi dan menjaga kebersihan lingkungan," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com