Ditemani radio kuno sisi kanannya, setiap hari Untoro menghabiskan waktunya. Sesekali dirinya menggambar wayang, yang nantinya dibantu muridnya memotong sehingga menjadi sebuah wayang.
"Yang menggambar saya, yang memotong anak-anak,"ucapnya.
Mbah Un mengaku sudah tak ingat berapa orang yang sudah diajarinya. Namun beberapa dari yang pernah belajar bersamanya dan sudah bekerja selalu mengunjunginya.
"Ada yang menjadi guru, kalau pas bisa selalu ke sini menengok," katanya.
Baca juga: Mengenal Adul, Siswa yang Merangkak Sejauh 3 Km demi Sekolah
Meski dengan segala keterbatasan, Untoro tak pernah mematok biaya. Yang terpenting anak bisa belajar bersamanya.
"Anak-anak yang kesini tidak ada yang dipungut biaya. Tetapi kadang orang tua murid ada yang membawa teh, atau makanan," kata Sundari, adik kandung Untoro yang tinggal serumah.
"Kalau ada yang membawa roti tetapi tidak diserahkan, ya dia tidak makan. Sampai di waktu yang lain ditanyakan siapa yang membawa dan tujuannya apa. Baru Mbah Un mau makan,"katanya
Sundari menceritakan, kakaknya merupakan anak ketiga dari enam bersaudara. Sejak sakit dirinya yang mengurusi.
Baca juga: Mengenal Melisa, Menggapai Mimpi dengan Kedua Kakinya
"Dia itu tidak bisa duduk, bisanya hanya berbaring saja. Karena zaman dulu ya, pengobatannya masih tradisional, tidak tahu sakit apa. Dari perut seperti mengeras, kedua kakinya meringkuk, dan tangannya seperti itu," katanya.
Dia mengaku bersyukur meski sakitnya tidak bisa disembuhkan, kakaknya tetap semangat dalam melayani masyarakat.
Bersambung ke :Kisah Untoro Penyandang Disabilitas, Semangat Mengajar Anak-anak Walau dengan Berbaring (2)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.