Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Yustina Ojing, Bertahan Membuat Periuk Tanah Liat di Tengah Arus Modernisasi

Kompas.com - 30/01/2019, 11:29 WIB
Markus Makur,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

Proses pembuatan

 

Dulu para pemesannya menggunakan pondo ini untuk masak tuak, keperluan masak nasi, dan lain sebagainya. Namun kini, mereka tidak memesan lagi, kemungkinan karena sudah memakai alat masak berbahan aluminum yang berasal dari olahan pabrik.

“Saya tidak terpengaruh dengan kondisi itu, melainkan saya membuat atau mencetaknya untuk keperluan masak di rumah. Hanya saya satu-satunya perempuan yang masih bisa mengolah tanah liat itu menjadi periuk tanah liat,” jelasnya.

Dulu, pondo tana berukuran besar dibeli dengan harga Rp 1.000.000; ukuran sedang Rp 250.000-Rp 500.000, sedang kuali tana (sewe tana) dijual dengan harga Rp 100.000; untuk ukuran besar dan ukuran kecil dijual dengan harga Rp 50.000; sementara cerek tana dijual dengan harga Rp 250.000.

Nenek Ojing bercerita, saat suaminya masih hidup, suaminya membantu menggali tanah liat di salah satu tempat umum bernama Kali Tana Waesoke. Luas lahannya berukuran 20x30 meter.

Baca juga: Kisah Mbah Rustam, Stek Kayu Putih Anti-rayapnya Gemparkan Perhutani (1)

"Zaman dulu semua orang mengambil tanah liat di lahan umum itu untuk mencetak pondo tana, sewe tana dan cerek tana. Kini, hanya saya yang menggali dan mengambilnya karena saya sendiri yang bisa membuat dan mencetak pondo tana, sewe dan cerek tana tersebut,” jelasnya.

Kegunaan dari pondo tana dan cerek tana yakni untuk memasak nasi, masak air minum dan masak minuman kopi, terutama untuk acara adat orang Rongga. Sedangkan khusus sewe tana digunakan untuk menggoreng biji kopi dan jagung.

“Untuk mencetak satu Pondo berukuran besar membutuhkan waktu agak lama sedangkan sewe dan cerek tana tidak terlalu dalam proses pencetakkannya,” jelasnya.

Ojing menjelaskan proses untuk pencetakan pondo, sewe dan cerek tana. Pertama-tama, tanah liat digali dengan sebatang kayu bulat. Lalu, tanah liat diperam dengan beralaskan daun pisang selama dua hari dan dua malam.

Baca juga: Kisah Sumi, Puluhan Tahun Berkeliling Jadi Pedagang Sayur Gendong

 

Selanjutnya tanah yang sudah diperam diramas hingga halus. Kemudian, dimasukkan dalam sebuah cetakkan bulat berbahan tali rotan. Untuk menghasilkan 10-12 buah pondo tana, sewe tana dan cerek tana diperlukan 50 kilogram tanah liat yang diambil dari lahan umum tersebut.

ke halaman selanjutnya

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com