DAIRI, KOMPAS.com - Rahman (28), warga Desa Bongkaras, Kecamatan Silima Pungga-pungga, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, belum bisa melupakan kejadian saat gelombang potongan kayu, batu, lumpur dan air mengejar mereka saat banjir bandang menerpa daerah perladangan mereka, Selasa (18/12/2018) sore.
“Kejadiannya sangat cepat, hitungan menit. Potongan kayu-kayu besar bercampur batu, lumpur dan air tiba-tiba datang ke areal ladang kami,” katanya, Rabu (19/12/2018) sore.
Saat itu, kata Rahman, dia yang sedang berteduh di gubuk tak jauh dari gubuk ayahnya Jaludin Boang Manalu (68).
Begitu melihat material banjir bandang tersebut, ia langsung menggendong anaknya yang berusia empat tahun. Sementara istrinya menggendong bayinya yang baru berusia 9 bulan. Mereka berlari sekencang mungkin.
Baca juga: Pascabanjir Bandang Dairi, Ratusan Hektar Lahan Pertanian Warga Rusak
“Saya dan istri serta dua anak saya lari menghindari banjir. Ayah saya di belakang kami tinggalkan. Rasanya seperti belum percaya kejadian Selasa sore itu,” ungkapnya.
Rahman menyebut, dia dan istri serta orangtuanya berladang gambir. Mereka di ladang sejak pagi. Hujan baru turun sore hari.
“Tidak ada tanda-tanda akan terjadi banjir bandang. Kejadiannya berlangsung sangat cepat,” katanya.
Sementara itu, dia dan saudaranya hingga Rabu sore masih terus melakukan pencarian ayah mereka Jaludin Boang Manalu di sepanjang aliran sungai lokasi sekitar lokasi.
“Kami masih terus mencari. Menyusuri sepanjang sungai. Banyak potongan kayu besar, batu dan lumpur bertumpuk. Tapi belum juga kami temukan,” kata janes Boang Manalu, putra dari Jaludin Boang Manalu.
Baca juga: Satu Korban Banjir Bandang Dairi, Hanyut saat Berteduh di Gubuk Ladang
Kecewa dengan petugas
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.