Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Fathul Iman Gigih Perjuangkan Difabel agar Berdaya

Kompas.com - 04/12/2018, 19:09 WIB
Moh. SyafiĆ­,
Khairina

Tim Redaksi

JOMBANG, KOMPAS.com - Bulan Juli 2013, Achmad Fathul Iman (29), diminta mengajar di Sekolah Luar Biasa (SLB) Muhammadiyah, Jombang, Jawa Timur.

Sejak itulah pergaulan dan energinya dicurahkan untuk membimbing para difabel di sekolah.

Sebagai orang yang bukan dari kalangan difabel, Iman merasakan cukup kesulitan saat awal-awal mengajar di SLB Muhammadiyah.

Ada jarak cukup lebar antara pengetahuan dan pengalaman dia miliki dengan fakta di lapangan dia jumpai.

Kesulitan yang dirasakan, diantaranya soal perilaku belajar, minimnya literasi serta kurikulum dan metode pembelajaran yang tak ramah kepada anak-anak difabel.

Namun, keyakinan dan tekad kuatnya mampu merubah kesulitannya menjadi tantangan.

"Awalnya sih kesulitan, lalu saya melakukan riset. Dari riset itulah saya menemukan apa yang sebenarnya dibutuhkan anak-anak difabel," kata Fathul Iman, Senin (3/12/2018).

Baca juga: Tak Selalu Menengadahkan Tangan, Difabel Juga Bisa Berbagi

Salah satu temuan Iman, yakni minimnya pemahaman para siswa difabel tentang kesehatan reproduksi. Padahal, menurut dia, pemahaman masalah reproduksi perlu dimiliki setiap orang agar bisa mengurangi resiko terkena beberapa penyakit alat reproduksi.

Belum lagi, kata Iman, para difabel memiliki resiko kekerasan seksual yang lebih tinggi dibandingkan anak yang bukan penyandang difabel.

"Contoh kecil saja, ada anak-anak yang tidak tahu apa itu pantat, apa itu kemaluan," bebernya.

"Itu temuan-temuan saya saat awal mengajar. Dari riset itu kemudian saya sampaikan ke banyak forum, bahkan sampai pusat soal pentingnya pendidikan Kespro (Kesehatan Reproduksi) bagi anak-anak difabel," lanjut Iman.

Selain soal pendidikan kesehatan reproduksi bagi anak-anak difabel, Iman juga menemukan pentingnya mempersiapkan mentalitas difabel dan lingkungannya, khususnya menyiapkan kemampuan wirausaha.

Di sekolah, ujar dia, memang para siswa di SLB tempatnya mengajar sudah ada pembelajaran khusus keterampilan. Namun, pembekalan keterampilan itu belum sampai pada tahap bagaimana memasarkan produk.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com