Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekolah Alam Wangsakerta, dari Desa Membangun Indonesia...

Kompas.com - 27/11/2018, 15:54 WIB
Muhamad Syahri Romdhon,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

Kawasan ini juga menjadi ramai aktivitas setiap harinya, yang dahulu orang enggan untuk melintas.

Ibu tiga anak ini bersyukur impiannya untuk membangkitkan semangat belajar anak putus sekolah di desanya terwujud.

Dia bergabung dalam Sekolah Alam Wangsakerta sejak satu tahun lalu, dan menjadi salah satu pengampu.

Baca juga: Sekolah Terendam Banjir, Para Siswa SD Ini Belajar di Tenda

Meski tidak pernah dibayar sepeserpun, dia sangat semangat untuk membantu anak-anak yang putus sekolah.

“Saat Bu Farida bilang ke saya 'kita akan bangun sekolah untuk anak-anak putus sekolah', saya sampe nangis, bersyukur. Itu impian saya, ingin jadi guru. Kalau lihat anak-anak putus sekolah saya nangis, karena saya ngalamin sendiri, putus sekolah karena ekonomi,” kata salah satu guru yang tak lulus sekolah dasar itu.

Setelah obrolan itu, malam itu juga, Fatimah bersama Farida keliling kampung, mencari anak-anak putus sekolah. Hasilnya, September 2017, ada 20 anak yang mulai ikut belajar.

Meski tak lulus sekolah dasar, Fatimah dikenal perempuan aktif di desanya. Dia adalah salah satu kader posyandu, yang juga aktif dalam kegiatan sekitar.

Bahkan, dia juga turut membantu pendidikan anak usia dini (PAUD). Dia hanya ingin, nasib yang menimpanya tidak lagi dialami anak-anak generasi penerus Desa Setupatok.

Dalam satu tahun, proses pendampingan yang dilakukan sekolah terhadap Blok Karang Dawa mulai tampak hasilnya. Satu persatu warga yang sebelumnya tertutup mulai terbuka dan rajin mengadakan musyawarah dan pertemuan.

Sebelumnya, kata Fatimah, para warga jarang bertemu bahkan acuh terhadap masalah bersama. Mereka hanya sibuk memikirkan diri sendiri.

Sekolah Alam Wangsakerta jadi percontohan

Rudi Sekretaris Desa Setupatok, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, mengaku kagum dan mendukung aktivitas Sekolah Alam Wangsakerta.

Pada kegiatan “Dari Desa Membangun Indonesia”, kepala desa langsung menghadiri sementara Rudi mengadakan pertemuan pihak swasta di balai desa.

“Kami sudah membahas bersama kepala desa, dan sebelumnya juga sudah berbincang dengan Fatimah, warga kami, guru di situ. Desa mendukung sekali, baik secara moril dan materil. Selama ini belum ada pemetaan seperti itu,” kata Rudi, saat ditemui Kompas.com, di ruang kerjanya, Rabu (21/11/2018).

Rudi tertarik dengan hasil pemetaan yang dilakukan para siswa. Mereka dapat menghasilkan banyak data, antara lain data jumlah penduduk, luas wilayah, batas antar satu RT dengan RT lain, pendapatan ekonomi warga, jamban atau sanitasi, dan lainnya.

Dia berharap, hal tersebut dapat diadopsi dan dilakukan pemetaan pada lima dusun lainnya, di Desa Setupatok.

Baca juga: Januari 2019, Semua Sekolah di Jabar Wajib Terapkan Kurikulum Tanggap Bencana

“Itu (pemetaan) dilakukan oleh anak putus sekolah. Saya acung jempol, kok bisa anak putus sekolah seperti itu. Mereka putus sekolah juga mungkin karena faktor biaya,” ujar Rudi.

Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, ungkap Rudi, ada sebanyak 100 lebih anak putus sekolah sekolah yang tersebar di enam dusun. Sebagian besar mereka putus sejak belajar di sekolah dasar.

Mereka putus karena latar belakang biaya.

“Mata pencarian orangtua mereka buruh harian lepas, pembuat cobek, dan lainnya. Tapi, alhamdulillah, jumlah anak putus sekolah semakin menurun. Orangtua mereka yang sebelumnya menyuruh anak untuk langsung kerja, kini sudah berfikir, 'cukup saya saja yang bodoh',” kata Rudi.

Pihaknya akan mengajak kerja sama para siswa-siswi didik sekolah tersebut untuk membangun desa. Karena, dari pemetaan, warga dapat mengetahui dan mencari solusi atas tiap masalah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com