Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petaka di Sekolah, Kisah Robohnya Tembok yang Tewaskan Dua Orang

Kompas.com - 15/11/2018, 11:24 WIB
Idon Tanjung,
Khairina

Tim Redaksi

Kompas TV Kedua korban dievakuasi ke rumah sakit MH Thamrin, Purwakarta. Korban meninggal, Krisna Dwi Susanto, merupakan penumpang minibus sementara sang sopir selamat dan tengah mendapat perawatan intensif.<br /> <br /> Kecelakaan terjadi saat minibus melaju dari Cirebon menuju Jakarta. Setibanya di kilometer 115, diduga sopir tidak fokus sehingga hilang kendali dan minibus terbalik dan menabrak tembok saluran air.

Dia menambahkan, berdasarkan keterangan warga, memang sejak sebulan terakhir kondisi pagar tembok sekolah sudah miring.

"Kondisinya memang miring. Dan ada warga yang membuat imbauan di situ," tandas Pribadi.

Korban dimakamkan

Kedua korban yang tewas dimakamkan oleh pihak keluarga. Korban Yanitra dimakamkan di TPU di dekat Tugu Pahlawan Kerja Jalan Kaharuddin Nasution, Kecamatan Bukit Raya. Sementara korban William Maleakhi dikebumikan di Kecamatan Siak Hulu, Kampar, Riau.

Pantauan Kompas.com, salah satu korban, Yanitra, dimakamkan di pemakaman didekat Tugu Pahlawan Kerja.

Proses pemakaman jenazah diiringi isak tangis keluarga, guru dan puluhan siswa SMAN 14 Pekanbaru.

Terlihat ibu korban, Erlina, tak kuasa menahan sedih kehilangan putrinya itu. Ia duduk lemas didekat pemakaman anaknya sambil menangis tersedu. Beberapa orang anggota keluarganya mencoba menenangkan.

Sementara ayahnya, Jon Kenedi, terlihat mencoba untuk tegar. Meski sesekali menunduk dan mengusap wajahnya.

Puluhan teman sekolah korban meratapi kepergian temannya. Begitu juga dengan beberapa gurunya menangis.

Usia pemakaman, ayah korban, Jon Kenedi, mengaku pertama kali mendapat kabar anaknya terkena musibah dari guru sekolahnya.

"Saya pulang dari antar anak, datang gurunya (SDN 141) ke rumah. Saya bilang ada apa. Terus gurunya bilang ada musibah. Sampai di sekolah sudah, sudah (meninggal)," ucap Jon.

Dia mengatakan, anaknya (Yanitra) berangkat ke sekolah sekitar pukul 07.00 WIB.

Saat itu korban sekaligus membawa adiknya (Rasyad Agus Triono) untuk diantar ke SDN 141. Mereka berangkat dari rumah menggunakan sepeda motor.

"Mereka memang setiap pagi sama-sama berangkat sekolah. Nanti adiknya diturunkan di SD 141," kata Jon.

Saat itu dia mengaku belum mengetahui seperti apa kondisi anaknya, Rasyad, yang juga menjadi korban tertimpa tembok roboh.

"Saya belum atau seperti apa anak saya. Ini baru ke rumah sakit setelah pemakaman kakak (Yanitra)," tutup Jon.


Korban dikenal baik dan tidak pelit

Salah satu korban tewas tembok roboh, Yanitra, dikenal baik dilingkungan SMAN 14 Pekanbaru.

Menurut salah satu teman sekelas korban, Reza (17) mengatakan, sehari-hari korban dikenal sedikit pendiam.

"Dia orangnya baik, setia kawan, tidak pelit dan selalu mengalah kalau dimarahi teman-teman. Memang agak pendiam. Kadang sesekali ada cerita sama teman-teman cewek," ungkap Reza.

Dia mengaku sempat tidak percaya kalau Yanitra yang meninggal dunia akibat tembok sekolah dasar roboh.

"Saya enggak percaya, karena sekitar jam 06.44 WIB dia nelpon saya. Tapi setelah kami cek ke rumah sakit, baru percaya dia meninggal dunia. Itulah komunikasi terakhir dengan dia," tutup Reza.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com