Salin Artikel

Petaka di Sekolah, Kisah Robohnya Tembok yang Tewaskan Dua Orang

PEKANBARU, KOMPAS.com - Malapetaka menimpa SD Negeri 141 Pekanbaru. Tembok pagar sekolah di bagian samping di Jalan Abidin, Kelurahan Air Dingin, Kecamatan Bukit Raya, Pekanbaru, Riau, roboh.

Tak disangka, robohnya tembok ini menimpa warga yang sedang berhenti di samping tembok.

Dua orang korban meregang nyawa tewas tertimpa material tembok. Keduanya yakni Yanitra Oktovizoly (17) siswi kelas 12 SMAN 14 Pekanbaru warga Jalan Ilham, Kecamatan Bukit Raya, dan William Maleakhi (7) siswa kelas 1B SDN 141 Pekanbaru warga Jalan Pinang, Desa Pasir Putih, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Riau. Selain itu, empat korban luka-luka akibat tertimpa material tembok.

Berikut rangkuman peristiwa petaka di sekolah, robohnya tembok yang tewaskan dua siswa, Rabu (15/11/2018).

Sekitar pukul 06.30 WIB, para warga sudah mulai mengantar anaknya ke sekolah di SDN 141 maupun SDN 48 dan SDN 160. Ketiga sekolah ini berada berdekatan yang dipagari satu tembok.

Warga mengantar anaknya ke sekolah, memarkirkan sepeda motornya di samping tembok. Sebab, di situ terdapat gerbang masuk.

Tembok tiba-tiba roboh

Erlin Sihithe (35) mengantar anaknya William Maleakhi (7) yang sekolah di SDN 141. Saat itu Erlin memarkirkan sepeda motornya di dekat tembok.

Tak berapa lama, datanglah Yanitra Oktovizoly untuk mengantar adiknya, Rasyad Agus Triono (11) yang sekolah di SDN 48 dan duduk di bangku kelas lima.

Saksi Erlin sempat memberitahu Yanitra, kalau tembok tersebut akan roboh. Tak berapa lama  setelah Erlin bilang tembok mau roboh, tembok tersebut tiba-tiba roboh dan menimpa warga yang sedang mengantar anaknya ke sekolah.

Sekitar pukul 07.20 WIB, situasi panik. Sebab, para korban terhimpit material tembok yang menutup sebagian badan jalan. Darah segar mengalir di jalan. 

Warga langsung mendekati kejadian. Namun, tak banyak yang berani mengambil tindakan. Sehingga, warga melapor ke Polsek Bukit Raya dan pemadam kebakaran.

Petugas kepolisian yang tiba di lokasi langsung mengevakuasi korban dan dirujuk ke Rumah Sakit Safira di Jalan Jenderal Sudirman, yang berjarak empat kilometer dari lokasi kejadian.



Saksi mata

"Saya melihat langsung robohnya tembok dan saya lihat korban tertimpa," aku Ermi, salah satu warga di sekitar lokasi yang melihat langsung robohnya tembok tersebut pada Kompas.com.

Dia langsung mengejar ke arah korban untuk menolong, tapi dia tidak jadi bernyali setelah melihat darah.

"Saya jadi takut, bang. Darahnya banyak. Apalagi melihat korban terhimpit dengan sepeda motornya," kata Ermi.

Lalu, dia memberitahu suaminya untuk mencari pertolongan warga dan melapor ke polisi.

"Saya begitu panik saat itu. Enggak tahu apa yang mau diperbuat. Saya sedih juga," kata Ermi.

Dia mengatakan, warga berdatangan ke lokasi untuk melihat kejadian, dan sebagian membantu mengevakuasi korban.

"Satu korban anak SMA (Yanitra) itu sudah meninggal di lokasi. Lukanya parah. Adiknya (Rasyad) selamat, tapi luka-luka sudah dibawa ke rumah sakit," ujar Ermi.

Warga semakin ramai berdatangan untuk melihat kejadian langka ini. Termasuk orang tua korban yang datang ke lokasi langsung meratap.

Awalnya satu korban tewas

Berdasarkan olah tempat kejadian perkara (TKP), polisi sementara mencatat lima orang korban.

"Lima orang dirujuk ke RS Safira. Satu orang meninggal dunia. Satu lagi sedang diupayakan penyelamatan, dan tiga lagu juga ditangani cepat oleh dokter," kata Kapolresta Pekanbaru Kombes Pol Susanto.

Dia mengatakan, langkah awal yang diambil yakni menyelamatkan korban. Kemudian, membersihkan material dari badan jalan.

"Kita berdoa agar korban selamat," ucap Santo.

Tak lama kemudian, Susanto dan anggotanya berangkat ke rumah sakit untuk mencari data pada korban.

Sejumlah keluarga korban histeris di ruang tunggu UGD RS Safira. Enam orang ibu tampak meratap.



Dua korban tewas

Sekitar pukul 11.00 WIB, korban tewas akibat tembok roboh jadi dua orang. Korban kedua yakni William Maleakhi. Dia tewas di rumahnya setelah dibawa pulang oleh keluarga dari rumah sakit.

Kapolresta Pekanbaru Kombes Pol Susanto dan jajaran Polsek Bukit Raya melayat ke rumah kedua korban.

Tampak tangis pecah di rumah korban Yanitra. Tangis makin bertambah saat Kapolresta Pekanbaru datang ke rumah duka. Orang tua korban memeluk Susanto.

Terdata 6 orang korban

Korban akibat tembok SDN 141 roboh tercatat enam orang setelah Polsek Bukit Raya melakukan pendataan.

"Korban meninggal jadi dua orang, dan empat luka-luka," kata Kapolsek Bukit Raya Kompol Pribadi pada Kompas.com usia melayat ke rumah Yanitra.

Sementara empat korban luka-luka, lanjut dia, yakni Rasyad Agus Triono (11) siswa kelas lima SDN 48 Pekanbaru warga Kecamatan Bukit Raya (adik dari korban Yanitra Oktovizoly), Linda Ayu Ramadani (7) siswi kelas 1 SDN 170 Pekanbaru warga Kecamatan Bukit Raya, Diva Anggriani (13) siswi kelas lima SDN 130 Pekanbaru warga Jalan Bukit Raya dan seorang wanita bernama Minarti (41) juga warga Kecamatan Bukit Raya, Pekanbaru.

Pribadi mengatakan, empat orang korban akhirnya dibawa pulang setelah diberikab perawatan medis di rumah sakit.


Tembok miring

Hampir sebulan tembok SD Negeri 141 sudah miring dan dikhawatirkan roboh ke badan jalan.

Hal itu diakui Ermi (38) pemilik warung di dekat lokasi kejadian.

"Sudah sebulan miring. Kemarin suami saya pasang aba-aba atau peringatan dengan tulisan awas pagar tembok mau roboh," ungkap Ermi pada Kompas.com.

Menurut dia, sudah banyak warga yang melapor ke sekolah mengenai kondisi tembok yang miring. Tapi, hal itu belum digubris pihak sekolah.

"Sudah dilaporkan ke sekolah, tapi belum dilaksanakan (pengerjaan)," sambungnya.


Diduga faktor cuaca

Ketua Komite SDN Ketua Komite SDN 141 Rustami Agafar menyebutkan, tembok sekolah tersebut dibangun pada tahun 2016 lalu.

"Tembok ini dibangun bukan bukan menggunakan APBD. Tapi biayanya swadaya wali murid," kata Rustami.

Menurut dia, robohnya pagar tembok ini, selain karena musim hujan, juga jalan di samping tembok merupakan jalan umum.

"Bisa saja karena bagian bawah tembok tergerus air. Selain itu juga banyak dilewati truk sehingga menyebabkan getaran," tambahnya.

Tembok dibongkar

Untuk mengantisipasi terjadinya korban selanjutnya, sisa tembok yang roboh akhirnya dibongkar habis menggunakan alat berat oleh pihak Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru sekitar pukul 14.20 WIB.

Pagar sekolah tersebut sepanjang 60 meter, sedangkan yang roboh sekitar 18,80 meter.

"Sisanya kita robohkan sesuai arahan dari Polresta Pekanbaru. Kita juga enggak kejadian dua kali," kata Kadis Pendidikan Kota Pekanbaru Abdul Jamal.


Menurut dia, sisa tembok yang roboh itu kondisinya masih layak.

"Bisa kita lihat bangunannya masih layak. Tapi kan di bagian bawah tembok, debit air banyak. Tapi kita cek dulu apa sebenarnya penyebab roboh ini. Untuk sekolah lain saya instruksikan agar mengecek kondisi bangunan sekolah yang ada di Pekanbaru," jelas Jamal.


Diselidiki polisi

Pihak kepolisian menyelidiki peristiwa robohnya pagar tembok SDN 141 yang menewaskan dua orang siswa di Jalan Abidin, Kelurahan Air Dingin, Kecamatan Bukit Raya, Pekanbaru, Riau. Penyebab insiden tersebut sedang diselidiki Polresta Pekanbaru dan Polsek Bukit Raya.

"Masih kita selidiki. Apakah perbuatan ini melawan hukum, ataukah kesengajaan, ataukah kelalaian, biar proses penyelidikan yang akan bekerja. Terlalu dini kami menyimpulkan siapa yang akan bertanggung jawab. Terlalu dini," ungkap Kapolresta Pekanbaru Kombes Pol Susanto pada Kompas.com, Rabu.

Dia mengatakan, untuk mengantisipasi terjadinya korban lainnya, sisa tembok yang roboh tersebut dibongkar habis.

Diketahui panjang tembok ini sekitar 60 meter, sedangkan yang roboh menimpa enam orang korban sepanjang 18,80 meter.

"Pagar yang tidak layak yang memungkinkan timbulnya korban lagi, maka kita bongkar. Kemudian untuk pengamanan, kita minta stakeholder yang lain untuk memasang seng," jelas Santo.

"Satu orang saksi mata sudah kami mintai keterangan. Untuk selanjutnya, bisa saja pihak sekolah yang kita mintai keterangan," ucap Pribadi pada Kompas.com.

Dia menjelaskan, sejauh ini belum bisa disimpulkan siapa yang bersalah dalam peristiwa tersebut.

"Data awal kata Pak Kapolresta (Kombes Pol Susanto), ini belum bisa kita menentukan siapa yang salah. Tentu kita lakukan upaya penyelidikan. Dan tunggu perkembangan selanjutnya," jelas Pribadi.

Namun ditanya soal penyebab sementara, Pribadi mengatakan bahwa robohnya tembok tersebut karena debit air yang tinggi terdapat dibagian bawah tembok.

"Kesimpulan sementara, karena debit air sangat banyak, sehingga pagar tidak kuat hingga roboh," terang Pribadi.


Dia menambahkan, berdasarkan keterangan warga, memang sejak sebulan terakhir kondisi pagar tembok sekolah sudah miring.

"Kondisinya memang miring. Dan ada warga yang membuat imbauan di situ," tandas Pribadi.

Korban dimakamkan

Kedua korban yang tewas dimakamkan oleh pihak keluarga. Korban Yanitra dimakamkan di TPU di dekat Tugu Pahlawan Kerja Jalan Kaharuddin Nasution, Kecamatan Bukit Raya. Sementara korban William Maleakhi dikebumikan di Kecamatan Siak Hulu, Kampar, Riau.

Pantauan Kompas.com, salah satu korban, Yanitra, dimakamkan di pemakaman didekat Tugu Pahlawan Kerja.

Proses pemakaman jenazah diiringi isak tangis keluarga, guru dan puluhan siswa SMAN 14 Pekanbaru.

Terlihat ibu korban, Erlina, tak kuasa menahan sedih kehilangan putrinya itu. Ia duduk lemas didekat pemakaman anaknya sambil menangis tersedu. Beberapa orang anggota keluarganya mencoba menenangkan.

Sementara ayahnya, Jon Kenedi, terlihat mencoba untuk tegar. Meski sesekali menunduk dan mengusap wajahnya.

Puluhan teman sekolah korban meratapi kepergian temannya. Begitu juga dengan beberapa gurunya menangis.

Usia pemakaman, ayah korban, Jon Kenedi, mengaku pertama kali mendapat kabar anaknya terkena musibah dari guru sekolahnya.

"Saya pulang dari antar anak, datang gurunya (SDN 141) ke rumah. Saya bilang ada apa. Terus gurunya bilang ada musibah. Sampai di sekolah sudah, sudah (meninggal)," ucap Jon.

Dia mengatakan, anaknya (Yanitra) berangkat ke sekolah sekitar pukul 07.00 WIB.

Saat itu korban sekaligus membawa adiknya (Rasyad Agus Triono) untuk diantar ke SDN 141. Mereka berangkat dari rumah menggunakan sepeda motor.

"Mereka memang setiap pagi sama-sama berangkat sekolah. Nanti adiknya diturunkan di SD 141," kata Jon.

Saat itu dia mengaku belum mengetahui seperti apa kondisi anaknya, Rasyad, yang juga menjadi korban tertimpa tembok roboh.

"Saya belum atau seperti apa anak saya. Ini baru ke rumah sakit setelah pemakaman kakak (Yanitra)," tutup Jon.


Korban dikenal baik dan tidak pelit

Salah satu korban tewas tembok roboh, Yanitra, dikenal baik dilingkungan SMAN 14 Pekanbaru.

Menurut salah satu teman sekelas korban, Reza (17) mengatakan, sehari-hari korban dikenal sedikit pendiam.

"Dia orangnya baik, setia kawan, tidak pelit dan selalu mengalah kalau dimarahi teman-teman. Memang agak pendiam. Kadang sesekali ada cerita sama teman-teman cewek," ungkap Reza.

Dia mengaku sempat tidak percaya kalau Yanitra yang meninggal dunia akibat tembok sekolah dasar roboh.

"Saya enggak percaya, karena sekitar jam 06.44 WIB dia nelpon saya. Tapi setelah kami cek ke rumah sakit, baru percaya dia meninggal dunia. Itulah komunikasi terakhir dengan dia," tutup Reza.

https://regional.kompas.com/read/2018/11/15/11245241/petaka-di-sekolah-kisah-robohnya-tembok-yang-tewaskan-dua-orang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke