Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Wahyu Riyanto: Tak Punya Tangan Sejak Lahir, Saya Harus Jadi Sarjana...

Kompas.com - 19/10/2018, 09:04 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Wahyu Riyanto (24) terlihat cekatan saat membuka laptop lalu mengoperasikannya menggunakan kedua kakinya saat ditemui Kompas.com di Stadion Diponegoro Banyuwangi Kamis malam (18/10/2018).

Tidak beberapa lama, beberapa orang terlihat mendekat untuk melihat aktivitas Wahyu yang sedang mengedit curiculum vitae menggunakan laptop miliknya.

"Ini tadi pas nongkrong terus diminta temen buat ngedit. Ya sudah digarap langsung aja. Mumpung bawa laptop," kata laki-laki kelahiran Banyuwangi, 3 Juni 1994 ini. 

Sambil tersenyum, Wahyu mengaku sudah biasa jika ada orang yang heran ketika dia mengoperasikan laptop atau komputer dengan menggunakan kedua kakinya karena sejak lahir Wahyu tidak memiliki kedua tangan.

Dia bercerita pertama kali mengenal laptop saat masuk SMP. Saat itu dia mulai belajar mengoperasikan laptop milik saudaranya dan mulai jatuh cinta pada segala sesuatu yang berkaitan dengan IT.

Baca juga: Atlet Difabel Peraih Emas Dapat Bonus Rp 1,5 Miliar, Bangun Rumah hingga Berangkatkan Haji Sang Ibu

"Aku sering lupa kalau difabel karena aku bisa beraktivitas sama seperti yang lain. Hanya saja pakai kaki," jelas Wahyu.

Anak bungsu dari empat bersaudara tersebut menyelesaikan sekolah dasar di SDLB, lalu melanjutkan di SMPLB. Namun saat SMA dia memilih sekolah umum karena dia merasa mampu berpikir seperti rekan-rekannya yang lain.

"Yang berbeda kan hanya fisik,kalau berpikir, cara belajar saya sama dengan yang lain. Hal itu yang membuat saya percaya diri untuk belajar di sekolah umum," jelasnya.

Namun masalah baru muncul saat di lulus SMA dan ingin melanjutkan kuliah. Wahyu mengaku sempat di tolak di salah satu kampus di Banyuwangi karena dia difabel, padahal dia dinyatakan lulus ujian dan masuk di Jurusan IT.

Alasan dari pihak kampus adalah, Wahyu di khawatirkan tidak bisa mengikuti perkuliahan karena fasilitas difabel masih belum ada.

"Saya sedih luar biasa. Saya tidak bisa melanjutkan kuliah hingga akhirnya saya memilih masuk di STIKOM Banyuwangi pada tahun 2014 di jurusan IT. Saya harus jadi sarjana," ujarnya.

Baca juga: Cerita Suparni Yati Atlet Difabel Peraih Medali Emas Asian Para Games, Segera Berangkatkan Mamak Umrah

Saat memulai kuliah Wahyu terkendala dengan biaya. Orangtuanya yang bekerja sebagai petani, tidak mampu untuk membiayai.

Saat itu, Wahyu bercerita jika dia selalu datang di acaraa-acara festival yang didatangani oleh Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas. Dia berharap bisa mendekat dan bercerita ke bupati bahwa dia ingin menyelesaikan kuliah tapi terkendala biaya.

"Tapi yaitu selalu gagal mendekat ke bupati karena selalu ramai penonton hingga akhirnya saya mengirim pesan melalu twiter untuk meminta bantuan beasiswa," jelas Wahyu.

Pesan yang dikirim oleh Wahyu kemudian dibalas oleh bupati Anas, lalu dibantu oleh staff dari Dinas Pendidikan dia mengurus administrasi dan Wahyu mendapatkan Beasiswa Banyuwangi Cerdas pada tahun 2016.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com