Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebakaran Rusak Hutan Lindung Waduk Sermo di Kulon Progo

Kompas.com - 28/09/2018, 22:18 WIB
Dani Julius Zebua,
Reni Susanti

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com - Sedikitnya 3 hektar hutan konservasi Waduk Sermo di Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, terbakar.

Ratusan relawan, warga, BPBD, pemadam kebakaran, hingga TNI-Polri berhasil menjinakkan api dalam 2 jam.

Walau hanya dua jam, kerusakan hutat cukup hebat. Ratusan pohon, mayoritas jenis sonokeling, kayu putih, dan akasia, hangus terbakar. Kerugian, belum dihitung. 

"Semua sudah berhasil dikendalikan," ujar Ajun Komisaris Polisi Satrio Arif, Kepala Kepolisian Sektor Kokap, Jumat (28/9/2018).

Baca juga: Gelapkan Bantuan untuk Korban Kebakaran, Pejabat Inggris Dipenjara

Kawasan hutan yang terbakar berada di Dusun Klepu, Desa Hargowilis, Kokap.

Personel Pemadam Kebakaran (Damkar) Kulon Progo, Tugiyanto mengaku menerima laporan warga pukul 15.00 WIB. Tak berapa lama, dua armada dikirim untuk mengatasi kebakaran itu.

Dalam proses pemadaman, petugas dibantu warga dan ratusan relawan lain.

Tugiyanto mengatakan, relawan dan Damkar menghadapi kesulitan karena kebakaran terjadi di perbukitan ekstrem. Meski sudah mengulur 13 selang, tetap tidak mencapai titik api.

“Satu selang ada yang 30 meter sampai 50 meter, tapi tidak bisa sampai ke sana. Sulit menjangkaunya,” tutur Tugiyanto.

Seluruh relawan pun melokalisir api dengan cara membuat sekat bakar untuk memisahkan daerah yang belum terbakar.

Mereka menggunakan alat seadanya yakni ranting-ranting pohon. Upaya ini berhasil. Api bisa dikuasai dalam 2 jam.

"Sekat itu dibuat biar api tidak menyeberang. Berhasil. Kami sampai memantau pakai perahu, semua sudah terkendali," imbuh Tugiyanto.

Baca juga: Presiden Pantau dan Kumpulkan Informasi Terkait Gempa di Sulteng

Hutan memang mengelilingi Waduk Sermo. Hutan ini berfungsi sebagai penyangga air bagi waduk yang merupakan sumber air baku bagi air minum maupun pertanian warga Kulon Progo.

Hutan ini mengalami kekeringan serius sepanjang musim kemarau. Hutan tidak lagi didominasi warga hijau daun, melainkan warna coklat. 

Warna coklat ini merupakan tanda daun dan dahan mengering. Daun yang berguguran mudah menjadi seresah atau hancur ketika digenggam.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com