3. Sekolah gratis di Lombok kekurangan terpal
Pemilik sekolah gratis, Munawir Haris, mengatakan, saat ini sekolah miliknya kekurangan terpal untuk kegiatan pemulihan trauma bagi murid-murdinya.
Sebelum bencana gempa, Munawir Haris memiliki sekolah gratis dengan 111 murid yang terdiri dari tingkat SD Islah Bina Al Umah dan SMP Anak Pantai.
Munawir mengatakan, terpal-terpal sangat dibutuhkan anak didiknya yang sebagian besar adalah anak-anak yatim piatu, anak-anak TKW atau anak-anak dari keluarga tidak mampu.
"Tapi sampai sekarang belum juga mendapatkan bantuan itu. Padahal permintaan kami sederhana hanya mminta terpal dan selimut, itu saja," kata Haris, dilansir dari Antara, Minggu (26/8/2018).
Dari pengamatan Antara, bangunan sekolah gratis milik Haris itu rusak berat dan rawan roboh.
Baca Juga: JK Ungkap Alasan Utama Pemerintah Tak Tetapkan Gempa Lombok Jadi Bencana Nasional
4. Pasca gempa, Kantor Pos Mataram kewalahan distribusikan paket
Tidak sedikit karyawan Kantor Pos di Mataram yang menjadi korban gempa bumi. Hal ini membuat pelayanan paket di Kantor Pos Mataram tidak maksimal.
"Saya sudah empat kali cek paket yang dikirim dari Wonosobo, Jawa Tengah, sejak Rabu (15/8/2018). Kita disuruh cari sendiri," kata Indriyanto, warga Ampenan, kepada Antara.
Indriyanto dan warga yang ingin mengambil paket pun memahami kondisi tersebut. Keterbatasan personil membuat kantor pos tidak sempat mengelompokkan barang sesuai tanggal kirim.
"Terlalu banyak barang sedang yang mengerjakan sedikit," katanya
Baca Juga: Pemprov NTB Minta Bantuan Keuangan ke Para Gubernur Sejak 6 Agustus 2018
5. Rumah korban gempa harus selesai dibangun dalam 6 bulan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono, mengatakan, rumah korban gempa harus selesai dalam enam bulan ke depan.
Menurut data sementara, ada 11 ribu unit rumah warga yang sudah masuk dalam data. Rumah-rumah tersebut akan segera dibangun dan selesai dalam waktu 6 bulan.
Total kerusakan rumah akibat gempa mencapai puluhan ribu unit.