Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Fakta Terbaru Gempa Lombok, Kekurangan Air Bersih hingga Pembangunan Rumah Korban

Kompas.com - 27/08/2018, 13:23 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sumber air tertutup longsor akibat gempa, warga Dusun Sanjang, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, mengalami kekurangan air bersih.

Warga pun terpaksa menempuh perjalanan jauh dengan medan yang sulit untuk mendapatkan air bersih di Dusun Sembalun Bumbung.

Selain itu, pasca gempa membuat Kantor Pos Mataram kewalahan menangani distribusi paket. Hal ini membuat warga yang hendak mengambil paket harus rela mencari sendiri di gudang.

Berikut fakta-fakta terbaru bencana gempa di Lombok, NTB

1. Warga korban bencana kekurangan air bersih

ITB mengirimkan bantuan berupa alat Instalasi Pengolahan Air (IPA) Mobile untuk korban bencana gempa bumi di Lombok, Nusa Tenggara Barat.Dok. ITB ITB mengirimkan bantuan berupa alat Instalasi Pengolahan Air (IPA) Mobile untuk korban bencana gempa bumi di Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Sumber air di Propok yang berada di jalur pendakian Gunung Rinjani di Terean tertutup longsor pasca gempa. Akibatnya, 304 kepala keluarga dengan 986 jiwa di Dusun Sanjang mengalami kekurangan air bersih.

Salah satu lokasi terdekat untuk mendapat air bersih adalah di Dusun Sembalun. Sayangnya, lokasi Dusun Sembalun sangat jauh dan medannya sulit. Jarak yang jauh tidak dipedulikan warga Sanjang untuk mendapatkan air bersih bagi keluarganya.

Hal serupa juga terjadi di Dusun Senaru, Lombok Utara. Dusun yang dulunya berlimpah air bersih itu saat ini warganya harus merogoh kocek untuk mendapatkan air bersih.

"Saya membeli air untuk tangki 2.500 liter saja, sebesar 100 ribu rupiah," kata Nur, warga Dusun Senaru.

Seperti diketahui, sumber air di Dusun Senaru mengalami kekeringan atau tertutup longsor pasca gempa.

Baca Juga: Gempa Berkali-kali, Lapangan hingga Trotoar Dipenuhi Tenda Warga yang Khawatir

2. Gedung sekolah banyak digunakan untuk pengungsian

Salah satu dapur umum di Gunungsari, Lombok, yang membuat makanan untuk korban gempa di Lombok, Senin (20/8/2018). KOMPAS.com/JESSI CARINA Salah satu dapur umum di Gunungsari, Lombok, yang membuat makanan untuk korban gempa di Lombok, Senin (20/8/2018).

Selain mengalami kerusakan, banyak gedung sekolah yang masih layak digunakan untuk menampung pengungsi.

Hal itu membuat Dinas Pendidikan Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), belum bisa melaksanakan sekolah darurat pasca gempa.

"Lahan di Mataram sangat terbatas, berbeda dengan ketersediaan lahan seperti di kabupaten lain, misalnya di Lombok Utara atau Lombok Timur yang rata-rata memiliki lahan luas sehingga bisa membangun sekolah darurat," kata Lalu Muhammad Sidik, Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kota Mataram, Senin (27/8/2018).

Berdasar data yang diterima Dinas Pendidikan di Mataram, 42 unit sekolah tingkat SD dan SMP mengalami rusak berat, sedang dan ringan pascagempa.

Baca Juga: 7 Fakta Terbaru Rentetan Gempa Lombok, dari 101 Gempa Susulan hingga Warga Tidur di Trotoar

3. Sekolah gratis di Lombok kekurangan terpal

Sejumlah warga beristirahat dekat rumahnya yang roboh pascagempa di Dusun Labuan Pandan, Desa Padak Guar, Kecamatan Sambelia, Lombok Timur, NTB, Senin (20/8). Pascagempa bumi yang berkekuatan 7 Skala Richter mengguncang Lombok pada Minggu malam pukul 22.56 Wita mengakibatkan sejumlah rumah di daerah tersebut roboh dan puluhan warga mengungsi. ANTARA FOTO/AHMAD SUBAIDI Sejumlah warga beristirahat dekat rumahnya yang roboh pascagempa di Dusun Labuan Pandan, Desa Padak Guar, Kecamatan Sambelia, Lombok Timur, NTB, Senin (20/8). Pascagempa bumi yang berkekuatan 7 Skala Richter mengguncang Lombok pada Minggu malam pukul 22.56 Wita mengakibatkan sejumlah rumah di daerah tersebut roboh dan puluhan warga mengungsi.

Pemilik sekolah gratis, Munawir Haris, mengatakan, saat ini sekolah miliknya kekurangan terpal untuk kegiatan pemulihan trauma bagi murid-murdinya.

Sebelum bencana gempa, Munawir Haris memiliki sekolah gratis dengan 111 murid yang terdiri dari tingkat SD Islah Bina Al Umah dan SMP Anak Pantai.

Munawir mengatakan, terpal-terpal sangat dibutuhkan anak didiknya yang sebagian besar adalah anak-anak yatim piatu, anak-anak TKW atau anak-anak dari keluarga tidak mampu.

"Tapi sampai sekarang belum juga mendapatkan bantuan itu. Padahal permintaan kami sederhana hanya mminta terpal dan selimut, itu saja," kata Haris, dilansir dari Antara, Minggu (26/8/2018).

Dari pengamatan Antara, bangunan sekolah gratis milik Haris itu rusak berat dan rawan roboh.

Baca Juga: JK Ungkap Alasan Utama Pemerintah Tak Tetapkan Gempa Lombok Jadi Bencana Nasional

4. Pasca gempa, Kantor Pos Mataram kewalahan distribusikan paket

Pusat gempa Lombok 19 Agustus 2018 pukul 21.56 WIB Pusat gempa Lombok 19 Agustus 2018 pukul 21.56 WIB

Tidak sedikit karyawan Kantor Pos di Mataram yang menjadi korban gempa bumi. Hal ini membuat pelayanan paket di Kantor Pos Mataram tidak maksimal.

"Saya sudah empat kali cek paket yang dikirim dari Wonosobo, Jawa Tengah, sejak Rabu (15/8/2018). Kita disuruh cari sendiri," kata Indriyanto, warga Ampenan, kepada Antara.

Indriyanto dan warga yang ingin mengambil paket pun memahami kondisi tersebut. Keterbatasan personil membuat kantor pos tidak sempat mengelompokkan barang sesuai tanggal kirim.

"Terlalu banyak barang sedang yang mengerjakan sedikit," katanya

Baca Juga: Pemprov NTB Minta Bantuan Keuangan ke Para Gubernur Sejak 6 Agustus 2018

5. Rumah korban gempa harus selesai dibangun dalam 6 bulan

Warga memeriksa rumah mereka yang roboh di desa Sembalun, pulau Lombok pada 20 Agustus 2018 setelah serangkaian gempa bumi dicatat oleh seismolog sepanjang 19 Agustus. Menurut laporan pihak berwenang pada Senin (20/8/2018), setidaknya 10 orang tewas setelah serangkaian gempa kuat mengguncang pulau Lombok. Ini merupakan gempa baru yang berbeda dari gempa berkekuatan M 7,0 pada Minggu (5/8/2018) yang telah menewaskan ratusan nyawa dan ribuan orang kehilangan tempat tinggal. Warga memeriksa rumah mereka yang roboh di desa Sembalun, pulau Lombok pada 20 Agustus 2018 setelah serangkaian gempa bumi dicatat oleh seismolog sepanjang 19 Agustus. Menurut laporan pihak berwenang pada Senin (20/8/2018), setidaknya 10 orang tewas setelah serangkaian gempa kuat mengguncang pulau Lombok. Ini merupakan gempa baru yang berbeda dari gempa berkekuatan M 7,0 pada Minggu (5/8/2018) yang telah menewaskan ratusan nyawa dan ribuan orang kehilangan tempat tinggal.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono, mengatakan, rumah korban gempa harus selesai dalam enam bulan ke depan.

Menurut data sementara, ada 11 ribu unit rumah warga yang sudah masuk dalam data. Rumah-rumah tersebut akan segera dibangun dan selesai dalam waktu 6 bulan.

Total kerusakan rumah akibat gempa mencapai puluhan ribu unit.

"Rehabilitasi atau pembangunan kembali rumah warga korban gempa dngan bantuan pemerintah sebesar 50 juta per unit ini harus dikerjakan dalam enam bulan selesai," kata Basuki.

Baca Juga: Tanggap Darurat Berakhir, Penanganan Gempa Lombok Memasuki Masa Transisi

6. Mensos Agus kunjungi korban gempa

Salah satu tenda pengungsian korban gempa di Gunung Sari, Lombok. Foto diambil pada Senin (20/8/2018).  KOMPAS.com/JESSI CARINA Salah satu tenda pengungsian korban gempa di Gunung Sari, Lombok. Foto diambil pada Senin (20/8/2018).

Menteri Sosial (Mensos) Agus Gumiwang Kartasasmita mengunjungi korban gempa bumi yang berada di posko pengungsian di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Minggu (26/8/2018).

"Hari ini, saya melanjutkan tugas yang diamanahkan Presiden Joko Widodo untuk mengunjungi saudara-saudara kita yang menjadi korban gempa di Pulau Sumbawa," kata Mensos Agus sebelum bertolak ke Sumbawa dari Bandara Internasional Lombok, Kabupaten Lombok Tengah, seperti dikutip Antara.

Sebelumnya, Mensos Agus mengunjungi ratusan kepala keluarga yang mengungsi di posko pengungsian kantor Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat, Sabtu (25/8/2018), pukul 21.00 WITA.

Baca Juga: Menteri Rini Janji Optimalkan BUMN untuk Pemulihan Lombok

Sumber (KOMPAS.com: Sandro Gatra/ Antara: Nirkomala, Endang Sukarelawati, Riza Fahriza)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com