Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Dimas Bagus, Tukang Sablon yang Ubah Sampah Plastik Jadi Bahan Bakar

Kompas.com - 21/05/2018, 14:31 WIB
Dendi Ramdhani,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Dimas Agus Wijanarko (42), seorang tukang sablon asal Jakarta, mampu membuat mesin sederhana yang bisa mengubah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak (BBM) seperti premium, solar, dan minyak tanah.

Senin (21/5/2018) pagi, pria kelahiran Surabaya itu memberikan workshop kepada para pegawai negeri sipil (PNS) di Kantor Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung untuk menjelaskan bagaimana cara kerja mesin kecil yang ia buat.

Secara sederhana, kata Dimas, mesin yang ia buat menggunakan bahan yang mudah didapat. Seperti pipa, keran, dan beberapa bagian yang terbuat dari besi dan alumunium.

Ia menuturkan, proses pengolahan itu menggunakan metode destilasi kering. Plastik kering yang sudah dipilah atau dicacah dimasukan ke dalam tabung reaktor. Tabung ditutup rapat kemudian dipanaskan menggunakan kompor gas dengan suhu tinggi.

"Sistem kerjanya, dengan pemanasan suhu yang cukup tinggi, minimal atau tanpa oksigen. Sehingga terjadi reaksi kimia dalam tabung reaktor. Menghasilkan gas dan berubah menjadi cair (bahan bakar). Prosesnya sekitar 5-10 menit," kata Dimas.

Baca juga: Peringati Hari Bumi, Akhiri Sampah Plastik Sekarang Juga!

Idealnya, sambung Dimas, 1 kilogram plastik dapat menghasilkan satu liter bahan bakar jenis premium. Meski dengan cara kerja sederhana, kualitas bahan bakar yang dihasilkan pun punya kualitas baik.

"Kami setiap hari melakukan riset. Data setiap hari kami tulis dan akhirnya kami melakukan uji lab Sucofindo. Yang kami dapat, kandungan cetane dari solar kami 63,5 di atas Pertamina Dex yang hanya punya 54,3," ungkapnya.

Berawal dari Mendaki Gunung

Dimas berkisah, tekadnya mengolah sampah muncul dari hobinya yang senang mendaki gunung. Keresahan pun muncul saat melihat banyak sampah plastik bertebaran di kawasan pegunungan. Pada 2014 ia mencari informasi tentang tata cara mengolah sampah.

"Saya ketemu teman namanya Jalaludin Rumi dia yang memberi tahu informasi tentang plastik itu bisa diolah dan saya coba menerapkan. Pada 2014 saya melakukan percobaan dengan teori yang diberikan Jalaludin Rumi dan dari beberapa artikel yang saya baca akhirnya terbuatlah alat ini," tuturnya.

Ketekunannya membuahkan hasil. Bermodal informasi dari buku dan artikel, ia pum sukses membuat mesin pengolah sampah plastik dengan beragam ukuran. Ia pun kemudian membentuk komunitas pencinta lingkungan bernama Get Plastic.

"Intinya mau belajar. Semua orang bisa. Saya ingin buktikan, walaupun saya tukang sablon tapi saya bisa," tuturnya.

Baca juga: Kisah Yusuf Nugraha, Dokter dengan Tarif 10 Botol Plastik Bekas

Kejelian Dimas dalam memanfaatkan potensi sampah plastik ternyata terpantau hingga ke luar negeri.

Beberapa waktu lalu, ia didatangi seorang dari pemerintah Jepang yang menawarkan kerja sama agar karyanya dapat dikembangkan di Negeri Sakura.

"Kami dikunjungi perwakilan pemerintah Jepang dan mereka sangat tertarik dengan hasil minyak yang kami hasilkan. Indonesia memang terkenal memiliki kandungan minyak di dalam plastik yang cukup tinggi dan cukup bagus. Semua jenis plastik, LDPE dan ADPE itu tinggi sekali kandungan minyaknya. 80-85 persen punya kandungan minyak, sisanya residu berupa black carbon atau mikroplastik," tambahnya.

Namun, Dimas belum bisa memberi keputusan untuk menyepakati kerja sama. Ia khawatir, ikatan itu malah meredupkan tekad awalnya yang ingin memberi solusi masalah sampah di Indonesia.

"Kami belum ambil kesepakatan. Kami masih berpikir karena kalau bekerja sama dengan Jepang kami harus punya industri yang besar dan itu akan mempengaruhi nilai-nilai kepedulian kami kepada lingkungan," tuturnya.

Sosialisasi

Meski dengan keterbatasan, Dimas bersama komunitasnya kini merancang perjalanan berkeliling Pulau Jawa dan Bali untuk melakukan sosialisasi dan kampanye tentang sampah plastik. Tak tanggung-tanggung, ada 15 daerah yang akan ia datangi dengan menggunakan Vespa.

"Berangkat 19 Mei dari Jakarta dan diprediksi sampai 30 Juli finish di Bali. Saya pakai Vespa dengan bahan bakar sampah plastik. Di setiap titik saya akan melakukan workshop, edukasi, dan kampanye sampah plastik," jelasnya.

Baca juga: Desa Sembungan di Wonosobo Jadi Contoh Penanganan Sampah Botol Plastik

Kompas TV Minyak sintetis dari hasil pembakaran sampah bisa jadi minyak tanah, bensin premium, dan solar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com